iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

Sementara Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Nefra Firdaus mengungkapkan hingga saat ini sudah 1.241 pasien Klaster Secapa TNI AD sembuh dari COVID-19.

“Hasil pemeriksaan PCR laboratorium uji usap lanjutan pasien di Secapa TNI AD sejak Sabtu (8/8) hingga Minggu ini, ada empat pasien lagi yang dinyatakan negatif COVID-19,” katanya.

Menurutnya, dari total 1.308 pasien positif COVID-19 di Secapa TNI AD, pada hari ini sudah berkurang 1.241 orang atau 94,8 persen menjadi 67 orang yang masih positif atau 5,2 persen.

“Dengan semakin bertambahnya pasien COVID-19 yang sembuh membuktikan bahwa penanganan pasien COVID-19 di kelompok Secapa TNI AD semakin memperlihatkan kabar menggembirakan,” katanya.

Di sisi lain, anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Syamsul Arifin berharap agar upaya 3T, yaitu tracing (penelusuran), testing (pengujian) dan treatment (perawatan) dalam penanganan COVID-19 tidak menjadi lingkaran setan.

“Namun, jangan biarkan 3T bagai lingkaran setan tak berujung jika salah satu dari 3T ini gagal dilakukan. Karena ketiganya saling berkaitan,” katanya.

Untuk itu, Syamsul meminta agar 3T berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Konsep tracing dan testing dapat dilaksanakan secara bolak-balik, artinya jika kegiatan dimulai dari tracing dan telah ditemukan sasaran selanjutnya dilakukan testing.

“Sebaliknya, jika dari hasil testing ditemukan hasil terkonfirmasi positif, harus dilakukan tracing lanjutan untuk mengetahui kontak selanjutnya,” ujarnya.

Untuk memudahkan tracing, dapat dimulai dengan melakukan kontak tracing dari seluruh pasien COVID-19 yang sedang dirawat. Karena upaya ini menjadi sarana utama untuk mengendalikan penyebaran COVID-19.

“Ini adalah konsep yang digunakan mendeteksi jumlah orang yang terinfeksi setelah melakukan kontak dekat dengan kasus positif penyakit,” katanya.

Setelah melakukan identifikasi kontak, lalu dilakukan testing. Saat testing harus dibuat penjadwalan yang ketat dan edukasi yang lengkap.

“Jangan sampai terjadi kerumunan berada di lokasi pemeriksaan di saat bersamaan dalam kurun waktu cukup lama. Karena waktu lebih lama akan menyebabkan lebih besar kemungkinan menularkan virus kepada orang lain,” bebernya.

Usai tracing dan testing, yaitu treatment. Hal yang wajib disiapkan pemerintah daerah, selain fasilitas tempat perawatan adalah sumber daya manusia dan logistik.

Keberadaan logistik sangat penting, karena sebagai penunjang utama bagi para tenaga kesehatan di rumah sakit. Saat ini rumah sakit sangat terbatas fasilitasnya untuk menghadapi COVID-19.

“Jangan sampai upaya yang sudah melelahkan saat tracing dan testing tidak dibarengi dengan kesiapan dalam treatment. Jika treatment gagal, akan memperpanjang tracing dan testing selanjutnya. Inilah saya maksud seperti lingkaran setan yang tak berujung antara tracing-testing-treatment,” pungkasnya.

Sementara itu berdasarkan laporan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 pada Minggu (9/8), kasus positif COVID-19 bertambah 1.893, sehingga menjadi 125.396 orang. Sedangkan jumlah pasien sembuh bertambah 1.646 menjadi 80.952 orang. Untuk kematian COVID-19 bertambah 65, sehingga menjadi 5.723 orang.(gw/fin)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images