iklan Puspo Pinardi.
Puspo Pinardi. (Net)

JAMBIUPDATE.CO, SIDOARJO – jiwa patriotisme Puspo Pinardi mulai tumbuh sejak melihat ayahnya dikejar penjajah bersenjata hingga ke tengah sawah.

Keinginannya untuk ikut serta berperang melawan penjajah pun semakin membara saat pria yang kini berumur 77 tahun itu mulai beranjak dewasa.

Puspo Pinardi ingat betul bagaimana orang tuanya lari menuju area persawahan.

Saat itu, sang ayah sempat bersembunyi di antara tumbuhan padi yang tengah tumbuh tak terlalu besar.

Sayangnya, tumbuhan padi itu tak cukup untuk menutupi seluruh badan ayahnya. Punggungnya terlihat. Pucuk senjata penjajah pun langsung mengarah ke kepala ayahnya.

“Mau ditembak sama penjajah, tapi salah satunya ada yang menepis senjata yang tengah mengarah ke kepala ayahku,” katanya sembari melihat langit.

Peristiwa itu hingga saat ini masih terngiang jelas. Saat itu, dia masih anak-anak.

Kondisi yang mencekam itu hampir setiap hari dia rasakan. Terlebih saat sang ayah diborgol dibawa penjajah kemudian diinterograsi.

“Ayah saya hanya pakai celana pendek hitam dan dikira tentara,” paparnya.

Suasana yang mencekam itu terus membuat hati Puspo Pinardi berkobar, seakan ingin membalas kekejaman penjajah.

Beruntung, saat menginjak umur 17 tahun, dia direkrut menjadi teknisi kendaraan perang seperti tank. Keahliannya terhadap teknologi rupanya mendapat apresiasi.

Dari teknisi tank amfibi buatan Rusia itu dia kemudian diangkat menjadi prajurit.

Puspo sempat dikirim ke kawasan perbatasan Indonesia, antara Batam dan Singapura. Dia menyebutnya Brigade II.


Berita Terkait



add images