"Melalui perayaan ini, berbagai macam budaya yang diangkat diharapkan kita dapat menjaga nilai-nilai luhur yang telah ada tentunya," jelasnya.
Ronny Attan menambahkan, Cap Go Meh adalah momentum dalam mencapai kebahagiaan dan keberuntungan.
"Oleh karena itu, walaupun dengan perbedaan etnis mari kita terus ciptakan keharmonisan antar sesama. Atas nama masyarakat Tionghoa saya berikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pemkot Jambi melalui Dinas Pariwisata dan semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam acara inj," kata Ronny.
"Saya berharap kegiatan ini bisa terus secara rutin digelar, dan bisa berjalan semakin megah berkaca pada perayaan Cap Go Meh yang ada di Singkawang," singkatnya.
Sebagaimana diketahui, Pemkot Jambi menempatkan Kota Jambi sebagai rumah bagi keragaman etnis, diantaranya dengan memfasilitasi berbagai festival seni, budaya suku dan agama.
Festival Cap Go Meh, yang difasilitasi Pemerintah Kota Jambi itu merupakan satu dari banyak festival budaya yang telah diselenggarakan setiap tahunnya, disamping Carnaval Angsoduo yang juga sukses digelar Pemkot Jambi sebagai bentuk apresiasi atas keberagaman budaya Kota Jambi yang harmoni.
Untuk diketahui, Perayaan Cap Go Meh yang berisi tampilan seni budaya itu melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harfiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama (Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam). Perayaan Cap Go Meh juga digelar sebagai momentum untuk merenung, merefleksikan diri sekaligus memperkokoh tali persaudaraan serta toleransi antar umat.(*)
