Biasanya kita melakukan pemira dengan pemilihan langsung (menyoblos). Karena masih pandemi COVID-19, maka pemiranya dipersembahkan dengan cara musyawarah,"ujarnya
Namun, dia tidak bisa memastikan bahwa pemira itu dibekali dengan surat izin dari Satgas Penanganan COVID-19 Kota Jambi. Dia hanya tahu bahwa satgas COVID-19 internal kampus merestui itu.
Saya belum melihat itu (surat dari Satgas COVID-19 Kota Jambi). Saya pikir koordinasinya cukup dari satgas kampus,"sebutnya.
Ia juga mengatakan dirinya tidak ada lokasi saat perkelahian tersebut berlangsung. Namun, dia bilang sudah berakhir damai dan tidak sampai ke ranah hukum.
Mengenai pemira, kata Siswiyo, penyelenggaraannya ditunda terlebih dahulu, mengingat yang sudah terjadi sebelumnya. Pemira di UMJ kemungkinan akan berlangsung lagi pada tahun depan.
"Kita stop sampai waktu yang belum ditentukan. Insya Allah tahun depan,"katanya.
Sementara itu, Kapolsek Telanaipura AKP Yumika Putra saat dikonfirmasi pada Sabtu (7/8) sore membenarkan unjuk rasa tersebut.
"Iya benar, kemarin ada unjuk rasa mahasiswa UM Jambi, kalau soal baku hantam itu biasa untuk mahasiswa,"tandasnya.(rhp).
