iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

Pada perdagangan Selasa (28/4) kemarin, harga minyak dunia kembali merosot. Penurunan jenis West Texas Intermediate (WTI) ini sebesar 3,5 persen ke level 12,33 Dolar Amerika Serikat per barel. “Padahal harga minyak dunia sudah anjlok. Jadi sebaiknya pemerintah menyesuaikam harga BBM saat ini,” katanya.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) Ahmad Safrudin mengkritik harga BBM tak juga turun di tengah anjloknya harga minyak dunia. Sebetulnya penurunan harga BBM sangat tepat dilakukan saat ini mengingat masyarakat mengalami kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Selain itu, ia membandingkan Harga Penjualan Pokok (HPP) BBM di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara lain seperti Malaysia dan Australia. Bahkan, kualitas BBM Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan dua negara tersebut.

Ia mencontohkan, untuk RON 95 berkadar sulfur maksimum 10 ppm atau standar EURO 6 di Australia, HPP adalah setara Rp1.529 per liter. Sedangkan harga di SPBU yakni Rp8.376 per liter. Sementara di Indonesia, untuk RON 98 berkadar sulfur maksimum 50 ppm atau standar EURO 4 (jenis Pertamax Turbo) HPP malah mencapai Rp7.387 per liter. Lalu, harga jual di SPBU sebesar Rp9.850 per liter.

“Ada potensi margin kelebihan biaya yang dinikmati oleh parasit BBM seperti para oil trader,” ujarnya.

Sementara itu Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, Perseroan tak menurunkan harga BBM di tengah harga minyak global turun, karena Pertamina menggunakan patokan harga minyak dunia dalam dua bulan ke belakang, yakni pada Februari kemarin. “Kalau hitung hari ini, maka yang kami lihat adalah Februari, sehingga harga masih tinggi,” katanya.(din/fin)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images