iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (FIN)

“Jangan sampai hubungan pemerintah Indonesia-Tiongkok yang sudah terjalin dengan baik, terganggu dengan adanya kegiatan ilegal yang dilakukan oleh para nelayan China,” terangnya.

Ditegaskannya, apabila para kapal China masih tetap bertahan di perairan Laut Natuna, maka sesuai dengan perintah Presiden RI Joko Widodo akan ditangkap dan diproses secara hukum.

Sebelumnya, Bupati Natuna Kepulauan Riau Hamid Rizal mengatakan kapal asing masuk ke wilayah Natuna biasanya saat pergantian penjagaan petugas patroli.

“Waktu pergantian dimanfaatkan nelayan asing untuk menjarah kekayaan laut kita,” katanya.

Selama ini aparat keamanan telah menjaga wilayah perbatasan secara bergantian. Namun, pihak asing bisa memanfaatkan waktu pergantian petugas.

Menurutnya, jeda pergantian kapal penjagaan sebenarnya hanya belasan jam. Hal itu karena jarak yang tidak dekat untuk mencapai Laut Natuna.

“Karena dari sini ke sana paling cepat 10 jam. Selama ini mereka menunggu di luar perbatasan. Begitu jeda ini masuk,” ungkapnya.

Selain itu, mereka juga biasa masuk pada Musim Utara, seperti saat ini.

“Marak kalau musim utara, karena nelayan kita banyak tidak melaut, ombak besar,” katanya.

Bagi nelayan Natuna yang hanya berperahu kecil, Musim Utara adalah momok, karena gelombangnya tinggi, sehingga mereka urung melaut.

Sebaliknya, bagi nelayan China yang menggunakan kapal-kapal besar, Musim Utara adalah waktu yang tepat memasuki Perairan Natuna.

“Mereka kapal besar, di situ dia masuk,” ungkapnya.


Berita Terkait



add images