iklan Ilustrasi wisuda sarjana, salah memilih jurusan jadi salah satu penyebab sarjana masuk ke dunia kerja.
Ilustrasi wisuda sarjana, salah memilih jurusan jadi salah satu penyebab sarjana masuk ke dunia kerja. (Istimewa/Jawapos)

Menurut survei Indonesia Career Center Network (ICCN) tahun 2017, sebanyak 87 persen mahasiswa Indonesia mengaku salah jurusan. Mengapa demikian? Iqbal menuturkan, para lulusan SMA tersebut lebih memikirkan gengsi masuk ke perguruan tinggi ternama. ”Jurusannya entah apa aja. Terserah,” selorohnya.

Lantas, ketika menjalani perkuliahan kelimpungan. Merasa tidak cocok sesuai keinginan. Akhirnya, berpikir praktis. Yang penting lulus. Iqbal kemudian membenarkan pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim: sarjana belum tentu punya kompetensi. ”Kami sepakat untuk menjadi orang sukses tidak hanya cukup dengan kompetensi. Tapi harus dengan akhlak dan sikap (karakter). Ini yang saat ini harus disatukan dan dipadukan,” tegasnya.

Kepintaran tidak diimbangi akhlak dan sikap, betapa banyak orang yang terpelajar tapi berakhir di Sukamiskin? ”Saya rasa di sana semua alumni ada itu. Mau profesor, doktor, ya kan?” celetuk Iqbal. Menurut dia, indeks prestasi saat akan melamar pekerjaan hanya mentok sampai meja HRD. Selanjutnya menilai kepribadian dan kecakapan seseorang.

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud Ade Erlangga Masdiana setuju dengan pernyataan Iqbal. Faktanya, perusahaan-perusahaan besar tidak hanya membutuhkan calon karyawan yang sekadar pintar. Justru membutuhkan orang yang beretika baik serta semangat mau bekerja dan belajar. ”Kalau bekerja tinggal diberi pelatihan keahlian bisa,” kata Erlangga.

 


Sumber: www.jawapos.com

Berita Terkait



add images