iklan Bangunan tua dan usang yang lebih pas disebut rumah reyot milik Lies tetap bertahan di tengah himpitan bangunan-bangunan apartemen megah Thamrin Executive Residence. Rumahnya tersebut menjadi satu-satunya yang masih bertahan di kawasan tersebut.
Bangunan tua dan usang yang lebih pas disebut rumah reyot milik Lies tetap bertahan di tengah himpitan bangunan-bangunan apartemen megah Thamrin Executive Residence. Rumahnya tersebut menjadi satu-satunya yang masih bertahan di kawasan tersebut. (Sabik Aji Taufan/JawaPos.com)

Namun, upayanya itu tak membuahkan hasil. Akibatnya setiap hari 25 galon air bersih harus dibelinya guna mencukupi kebutuhan air bersih. Karena keseringan membawa galon, rasa sakit pun mulai dirasakannya.

Terlebih untuk masuk ke rumahnya harus menuruni tangga kecil yang terbuat dari beton. Sebab, bagian depan rumahnya, sudah tertutup oleh tingginya jalan akses apartemen. “Kadang suka kepeleset gara-gara ngangkut air,” tukasnya.

Tak hanya itu, ibu tiga anak itu bercerita, pernah dimintai biaya parkir untuk masuk ke kawasan apartemen. Karena akses satu-satunya ke rumahnya harus melewati portal parkir apartemen. Sehingga harus mengambil tiket parkir.

Uang parkir yang dimintakan kepadanya cukup mahal yakni Rp 500 ribu untuk mobil per bulan dan Rp 300 ribu untuk motor. “Saya tidak mau, akhirnya sekarang gratis. Enak saja mereka minta-minta ke saya, orang ini tanah juga tanah nenek moyang saya,” tambahnya.

Tempat tinggalnya bahkan sempat terancam tidak memiliki akses masuk. Tembok pembangunan apartemen saat itu hampir menutup penuh sekeliling rumahnya. “Bayangin saja tadinya tembok apartemen semuanya akan nutupin rumah saya. Dikira saya punya sayap ya, bisa terbang gitu masuknya,” terangnya.

Lies sendiri mengaku memiliki rumah lain, selain gubuh reyotnya tersebut. Salah satunya rumah seluas 2 hektar di Bandung. Ada juga rumah mewah lainnya di kawasan Tangerang. Bukan hanya itu, dia juga memiliki rumah kos untuk disewakan.


Berita Terkait



add images