JAMBIUPDATE.CO, MUARO JAMBI - Di abad modern ini, pendidikan lebih dari sekadar pengajaran ilmu pengetahuan, ia menjadi sebuah medium yang harus mampu menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang mendalam.
Dalam rangka menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, sebuah inisiatif baru muncul yang berpotensi membawa revolusi Kurikulum Cinta, yang diusung oleh Menteri Agama, Prof. Nasaruddin Umar.
Kurikulum ini bukan sekadar tentang belajar cinta dalam arti biasa, tetapi lebih dari itu, ia mengajak kita untuk menumbuhkan kesadaran batin yang mendalam, mengedepankan toleransi, empati, dan keberagaman.
Di tengah pergeseran ini, Prof. Iskandar, Profesor Psikologi dan penggagas Ruhiologi dan Dosen UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi melihat peluang besar. Menurutnya, konsep Ruhiologi yang dirumuskan menekankan pada pentingnya pemahaman kehidupan jiwa dan energi batin, serta bagaimana kedua hal tersebut mempengaruhi cara kita mengambil keputusan dan berinteraksi dengan sesama.
Menurut beliau, Kurikulum Cinta adalah langkah tepat dalam merancang pendidikan yang lebih menyeluruh dan humanistik, yang mengintegrasikan kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan bahkan kecerdasan buatan (AI).
Ruhiologi, menurut Prof. Iskandar, menawarkan wawasan mendalam tentang energi jiwa (Godlight) yang menuntun individu menuju kebijaksanaan dalam setiap tindakan.
Bagi Prof. Iskandar, Kurikulum Cinta yang menekankan aspek cinta sejati dan harmoni, sejalan dengan konsep Ruhiologi. Keduanya bersama-sama berpotensi menciptakan sebuah generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga memiliki kedalaman hati dan jiwa dalam mengambil keputusan yang penuh kasih dan bijaksana.
"Sebagai pelengkap Kurikulum Cinta, Ruhiologi (RQ) memberikan kontribusi penting dalam memadukan dan menggerakan kecerdasan intelektual (IQ), emosional (EQ), spiritual (SQ), dan teknologi (AI) dalam satu sinergi yang saling mendukung," katanya.
Prof. Iskandar percaya, bahwa untuk membangun masyarakat yang lebih damai dan penuh kasih sayang, kmembutuhkan lebih dari sekadar pengetahuan akademis, tapi perlu memupuk kecerdasan batin yang mampu mengarahkan pikiran dan tindakan kita menuju kebaikan universal."RQ dalam kontek Kurikulum Cinta, RQ menghadirkan energi jiwa (godlight) yang menggerakan dan meninergikan potensi kecerdasan yang ada IQ, EQ, Q dan AI dalam pengambilan keputusan berperilaku dalam berperilaku keseharian bernilai ibadah yang berkesadaran," ungkapnya.
Dengan memadukan kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan teknologi, Kurikulum Cinta bukan hanya bertujuan untuk mencetak individu yang unggul di duniawi, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menjalani hidup dengan kedamaian batin yang sejati.
"Dengan dasar moral yang kokoh, generasi muda diharapkan dapat membuat keputusan yang tidak hanya bermanfaat untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk sesama, masyarakat, dan dunia secara keseluruhan," jelasnya.
Visi Prof. Iskandar tentang pendidikan Ruhani berbasis Ruhiologi, bersama dengan Kurikulum Cinta, membuka jalan untuk menciptakan masyarakat yang lebih harmonis, toleran, dan saling menghargai.
"Ini adalah langkah menuju masa depan yang penuh kasih sayang, kebijaksanaan, dan kedamaian batin—sebuah masa depan yang lebih baik bagi kita semua," tukasnya. (***)
