iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Dengan melihat menguatnya fudamental perekonomian nasional saat ini, Bank Indonesia (BI) meyakini Rupiah bisa menguat ke level Rp15 ribu per Dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun 2020.

Saat ini, posisi Rupiah berada di kisaran Rp15.400 per Dolar AS. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, posisi tersebut berada undervalue atau di bawah harga sebenarnya.

“Secara fundamental Rupiah saat ini sekitar Rp15.400 undervalue kenapa? Karena defisit transaksi berjalan lebih rendah semula diperkirakan 2,5 persen sampai tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Nah, berarti kekurangan devisa juga lebih rendah makanya mendukung penguatan Rupiah ke fundamental,” ujarnya dalam virtual conference, kemarin (29/4).

Penguatan Rupiah juga ditopang dari dari pasar keuangan di Negeri Paman Sam. Saat ini, kata dia, premi risiko VIX pasar keuangan di AS berada pada angka 38 dari sebelum adanya pandemi Corona ini pada angka 20.

“CDS itu adalah premi risiko perbedaan untuk global bond dengan UST. Swap rate sebelum covid 60. Dulu pernah Maret Minggu kedua 270 sekarang 216. InshaAllah akan lebih rendah nanti kalau premi risiko rendah akan mendorong yang sekarang 15.400 mengarah ke fundamanetal,” tutur dia.

Kendati demikian, perusahaan pelat merah itu juga terus berupaya menjaga pasar dan stabilitas nilai tukar Rupiah. Data dari BI, sejak 2011 sampai sekarang terjadi aliran modal keluar selama empat bulan rata-rata Rp29,2 triliun akan selalu diikuti periode inflow 21 bulan dengan jumlah Rp229,2 triliun. “Mudah-mudahan pada awal kuartal 3 dan 4 inflow akan makin besar. Kami juga optimistis adanya inflow yang lebih besar,” ujarnya.

Kemudian, disusul dengan adanya aliran modal asing yang datang ke Indonesia. Ya, walaupun arus modal asing masih kecil, namun minat beli SBN kian meningkat. Selanjutnya, premi risiko akan kembali turun. “Premi risiko sekarang masih relatif tinggi,” ucapnya.

Terpisah, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ariyo Irhamna mengatakan, penguatan Rupiah pada akhir tahun karena adanya kebijakan bank sentra melakukan goverment bond. “Penguatan pada akhir tahun karena ada government bond atau corporate bond yang terjual sebagai antisipasi dampak Covid-19. Meskipun kemungkinan penguatan tersebut sangat kecil,” ujarnya kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (29/4).

Namun, berdasarkan pengamatannya terhadap kondisi saat ini terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS sebenarnya justru melemah hingga tahun 2020. “Sebetulnya saya tidak melihat peluang utk penguatan. Sebab, akhir tahun trennya itu melemah. Tapi jika BI bilang menguat maka itu dampak dari gov bond atau corp bond yang masuk,” ucap dia.

Di pasar spot, kemarin (29/4), nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS ditutup menguat ke Rp15.295 per Dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, posisi menguat 0,98 persen dibandingkan penutupan Selasa (28/4), yakni Rp15.445 per Dolar AS. Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Rupiah berada di level Rp15.415 per Dolar AS.(din/fin)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images