iklan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto memberikan penjelasan dalam rapat kerja (Raker) dengan Komisi I DPR RI di Gedung Parlemen, Senayan Jakarta, Senin (11/11/2019).
Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto memberikan penjelasan dalam rapat kerja (Raker) dengan Komisi I DPR RI di Gedung Parlemen, Senayan Jakarta, Senin (11/11/2019). (Iwan tri wahyudi/ FAJAR INDONESIA NETWORK )

“Beberapa negara yang menganut ideologi komunis masih eksis. Antara lain RRC, Vietnam, dan Kuba. Dengan demikian, ideologi komunis dan gerakan komunisme di Indonesia patut diduga masih tetap eksis. Kita harus selalu meningkatkan kewaspadaan,” paparnya.

Sementara itu, penulis buku Aminudin Kasti mengatakan buku tersebut adalah kumpulan dari beberapa tulisan tentang sejarah G30S/PKI. Kumpulan tulisan tersebut dihimpun oleh Yayasan Masyarakat Peduli Sejarah Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur. “Buku ini adalah tulisan jamaah. Tulisan kolektif yang terdiri dari beberapa unsur teman-teman yang terhimpun Yayasan Masyarakat Peduli Sejarah (YMPS) yang bermarkas di Pondok Pesantren Tebu Ireng di bawah bimbingan Salahudin Wahid,” jelas Aminudin.

Dia menyebut buku tersebut adalah hasil dari keluh kesah tentang situasi anak muda sekarang. Mereka dinilai telah terbius oleh perangkap terkait sejarah PKI. Salah satu perangkap sejarah tersebut adalah penumpasan PKI yang diduga adalah rekayasa Soeharto. “Saat ini anak-anak muda terbius teori tiga kuda perangkap. Yaitu G30S/PKI tidak lain dari rekayasa Soeharto merebut jabatan Presiden. Saya tegaskan ini tidak benar,” ucapnya.

Terpisah, Ketua Bidang Pembinaan Seni Budaya Islam Majelis Ulama Indonesia (MUI) K.H. Sodikun mengatakan PKI selaku dalang kudeta 1965 merupakan pengkhianat bangsa. “Kalau ada fatwa yang menyebut PKI dalang, memang benar itu,” tegas Sodikun.

Menurutnya, dalam paradigma ideologis, PKI tidak akan pernah berhenti. Bahkan, kaderisasi yang dibangun PKI sangat dahsyat. “Tidak berlebihan kalau desain kaderisasi PKI melahirkan organisator militan. PKI tidak pernah mati. Mungkin model gerakannya berbeda. Namun, nilai-nilainya tidak akan pernah berubah,” jelasnya.

PKI, lanjutnya, kerap membangun tatanan peradaban dan kulturisasi. Setelah kebudayaan terbangun, PKI akan bermain di air keruh. Mereka akan memutarbalikkan fakta dan data dengan dana yang diperoleh dari donatur tertentu. “Solusi untuk menghadapi PKI dengan membangun jati diri anak bangsa dengan nilai-nilai kepancasilaan dan keislaman,” tukasnya.(rh/fin)

 


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images