iklan Presiden RI Jokowi.
Presiden RI Jokowi. (jpnn)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA - Bursa menteri kabinet Jokowi-Ma'ruf kembali santer terdengar, apalagi jelang pelantikan, hingarnya sudah semakin terasa. Maka membicarakan kriteria calon pembantu presiden Jokowi untuk menentukan nama-nama anggota kabinetnya menjadi penting jika melihat kriteria yang harus diketengahkan.

Misalnya dari prespektif akademisi, Prof. DR. Dedi Purwana E. S.,M.Bus, dekan fakultas ekonomi Universitas Negeri Jakarta ini melihat bahwa saatnya Presiden Jokowi memilih calon menteri berdasarkan lima kriteria.

Pertama, profesionalitas, dilihat dari rekam jejak, pengalamananya sesuai bidang kementerian yang akan dijabatnya.

Kedua, mempunyai kapasitas intelektual yang mumpuni dan sesuai dengan adagium lama, "the right man on the right job".

Ketiga, berintegritas dan bermoral, hal tersebut harus jadi pijakan kuat untuk menjadikan sebagai pejabat publik punya benteng moral yang kuat.

Keempat, akuntalibilitas, sebagai pejabat publik, harus merepresentasikan suara rakyat, akuntabilitas dalam arti bertanggungjawab bukan saja kepada presiden, tetapi juga kepada masyarakat.

Kelima, punya kemampuan mengambil kebijakan, biasanya kebijakan publik seringkali terseret oleh kepentingan bangsa, imbas dari keputusannya untuk masyarakat dan harus proporsional.

"Itu harapan akademisi, Jika kelima syarat tersebut terpenuhi, mau dari partai politik atau pun professional, saya yakin menteri tersebut akan mampu memecahkan dengan baik isu-isu yang saat ini belum selesai,” katanya kepada awak media di Jakarta 26/9).

Terkait dengan jabatan Menteri Pertahanan (Menhan), Prof. Dedi punya penilaian yang lebih spesifik. Menurutnya, menhan ke depan harus sosok yang mengerti soal pertahanan.

“Sebaiknya ada kombinasi antara akademisi dan militer. Jika kombinasi tersebut digabungkan, maka akan ideal, intelektual akademis ada, karir militernya ada, saya yakin kedua kombinasi kemampuan kalau melekat pada satu orang, saya kira cocok untuk duduk di kursi Menhan,” sambungnya kemudian.

Dedi beralasan bahwa Menhan yang demikian itu akan mampu mengkaji dan menganalisis isu-isu pertahanan untuk melindungi NKRI dari ancaman infiltrasi dan keluar negeri juga bisa 'show of force' bahwa perahanan Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata.

Prof. Dedi melihat, sosok militer yang punya jejak rekam akademisi yang teruji dan militer itu ada pada Letjend TNI (purn) Prof. DR. Syarifuddin Tippe, M.Si yang saat ini menjabat sebagai Guru Besar Manajemen Stratejik Pertahanan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta.

"Awalnya saya ragu dengan kapasitas beliau secara akademisi, tetapi setelah dia bisa beradaptasi dengan dunia akademisi yang egalitarian, dan mampu memotivasi dosen-dosen muda untuk mengejar gelar Guru Besar atau professor, dan saat sedang dilakukan, serta kemampuannya membimbing salah satu peserta didik program doktoral FE UNJ untuk masuk ke jurnal ilmiah bereputasi Q1, secara akademis beliau sudah tunjukkan,” katanya.

Secara profil, sambung Prof. Dedi Purwana, selama ini banyak guru besar yang tidak mau mengajar di jenjang pendidikan D3 atau S1, namun berbeda dengan Syarifuddin Tippe.

“Justru dia mau mengajar di semua jenjang, alasanya agar ia bisa mengajarkan cinta negara dan bela Negara kepada generasi milenial saat itu, agar tidak muda terpapar infiltrasi paham ideologi dari luar yang mengancam kedaulatan NKRI, di sela-sela mengajar beliau sisipkan materi tersebut, inilah inovasi yang beliau lakukan dalam dunia akademis,” kata Dedi.

“Sebagai Akademisi, kami inginkan sosok menhan yang punya gabungan kompetensi intelektualnya seperti Prof.Juwono Sudarsono dan punya karir militernya seperi Pak Ryamizard Ryacudu, Jika digabungkan ini ketemu di Jenderal Prof. Syarifudin Tippe,” tutupnya. (mg8/jpnn)



Sumber: www.jpnn.com

Berita Terkait



add images