iklan ilustasi
ilustasi (net)

JAMBIUPDATE.CO, MAROS– Gagal panen makin meluas. Di Maros, total sudah ada 100 hektare sawah yang mengalaminya.

Ketua Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) Majannang, Baddu mengatakan, di wilayahnya termasuk dalam lahan pertanian dengan Masa Tanam (MT) dua kali. Sayangnya setiap masuk musim tanam kedua, konflik pemakaian air irigasi selalu terjadi.

“Ada pihak yang tidak adil dalam pembagian air irigasi, makanya tahun ini kami gagal panen,” ujarnya, Selasa, 24 September.

Bupati Maros, Hatta Rahman, mengakui, kondisi kebutuhan air saat ini memang sulit. Apalagi kemarau lebih panjang.

Hatta minta agar petani tidak menanam padi dahulu. Bisa diganti dengan palawija. “Karena tanaman Palawija memang tidak terlalu membutuhkan banyak air, sehingga baiknya di musim sekarang ini menanam palawija saja,” imbaunya.

Gagal panen juga menghantui petani di kawasan Ajatappareng. Selain Pinrang dan Sidrap, ancaman itu juga dialami petani di Enrekang.

Pasokan air bersih kini kian menipis. Tak sedikit warga mulai kewelahan mencari air bersih dan irigasi untuk sawah.

Kepala Seksi Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Enrekang, Eka Pebryanzah mengatakan, sejauh ini empat kecamatan yang merasakan dampak kekeringan itu di Kecamatan Enrekang, Anggeraja, Cendana, dan Baraka.

Khusus petani diminta agar bisa bekerja sama dalam berbagi air irigasi. Jangan ada yang tak berlaku adil. Begitu pula air bersih agar sekiranya bisa berbagi.

“Dampak kemarau di empat kecamatan ini sangat terasa,” ujarnya.

Eka pun membeberkan, terkhusus air bersih, sejauh ini pihaknya sudah melakukan berbagai upaya. Di antaranya, bekerja sama dengan dengan pemadaman kebakaran (Damkar) untuk melakukan pendistribusian air.

(rin-sua/iad)


Sumber: FIN.CO.ID

Berita Terkait



add images