iklan Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menjenguk jamaah yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah. (PPIH Arab Saudi/Jawa Pos)
Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menjenguk jamaah yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah. (PPIH Arab Saudi/Jawa Pos)

JAMBIUPDATE.CO, Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin selaku Amirul Hajj mengajak seluruh delegasi berkunjung ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Sabtu (4/8) petang. Selain menjenguk pasien yang sedang dirawat, Lukman juga menggelar rapat bersama personel petugas kesehatan. Ada beberapa catatan yang disampaikan Lukman. Salah satunya penekanan pada kendaraan safari wukuf untuk jamaah haji yang sakit saat di Arafah.

Tentu kami berharap tidak banyak jamaah yang disafari wukufkan, katanya. Namun petugas harus bisa mengantisipasi jika ada peningkatan jumlah peserta safari wukuf melebihi dari kapasitas armada bus yang disiapkan.

Dalam rapat tersebut dijelaskan, armada bus untuk safari wukuf bagi jamaah yang sakit ada dua kelompok. Yakni kelompok jamaah yang masih bisa duduk dan jamaah berbaring.

Untuk jamaah yang safari wukuf sambil duduk, ada kapasitas 300 orang. Sedangkan kapasitas safari wukuf dengan berbaring ada sekitar 30 kapasitas. Akhirnya dijelaskan pada rapat tersebut petugas siap menyewa bus tambahan jika nanti peserta safari wukuf membludak.

Kemudian Lukman juga mengomentari terkait pengurusan jenazah. Poinnya harus ada petugas yang mendampingi pengurusan jenazah. Mulai dari memandikan, mengkafani, sampai pemakaman, jelasnya. Lukman mengatakan pendampingan pengurusan jenazah merupakan salah satu tugas dari tim pembimbing ibadah haji Indonesia (TPIHI).

Lukman juga memberikan catatan pada prosesi tarwiyah. Dia menuturkan tarwiyah memang bukan bagian dari jadwal rangkaian ibadah haji yang difasilitasi pemerintah Indonesia. Namun pada praktiknya banyak jamaah Indonesia yang menjalankan tarwiyah. Yakni memulai perjalanan dari hotel menuju Mina pada tanggal 8 Dzulhijjah.

Bagaimanapun juga mereka (jamaah yang melaksanakan tarwiyah, Red) adalah jamaah kita, tuturnya. Sehingga diharpakan tetap ada tim kesehatan yang memantau secara tertutup dan mobile pelaksanaan tarwiyah. Untuk antisipasi ada jamaah yang sakit dan butuh pertolongan saat pelaksanaan tarwiyah.

Editor : Nurul Adriyana Salbiah

Reporter : Hilmi Setiawan


Sumber: JP

Berita Terkait



add images