iklan Ilustrasi Kebakaran/Jawa Pos
Ilustrasi Kebakaran/Jawa Pos

JAMBIUPDATE.CO,  Satu unit rumah yang dijadikan pabrik mancis (korek api) yang berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan, Pasar 4, Desa Sambirejo, Kecamatan Binjai, Langkat, ludes dilahap si jago merah, Jumat (21/6/2019) sekitar pukul 11.30 WIB. Hingga pukul 21.15 WIB total 30 orang korban dilaporkan meninggal dunia.

Mereka yang tewas terpanggang merupakan pekerja di pabrik rumahan yang diduga ilegal tersebut. Dari jumlah yang tewas, ada ibu dan anaknya tutup usia secara bersama-sama.

Seperti Yunita Sari dan dua anaknya Pinja serta Sasa. Lalu Desi bersama dua anaknya Juna dan Bisma turut tewas. Terakhir Fitri dan Sifa. Keluarga korban yang datang melihat ke TKP tak kuasa meneteskan air matanya. Mereka berteriak histeris seperti tak percaya.

Irma misalnya. Wanita berusia 40 tahun ini terus bersedih. Air matanya jatuh membasahi pipinya. Saya kemari karena ada adik sepupu, Fitri (36) yang kerja di sini. Pulang sekolah, anaknya Sifa yang masih kelas 4 SD datang bawa air minum untuk mamaknya. Meninggal mereka berdua berpelukan di sudut itu, ujar Irma di lokasi kejadian.

Fitri sudah berumah tangga. Korban dikaruniai dua orang anak perempuan, Sifa dan Aliya. Sifa turut menjadi korban dari peristiwa kebakaran hebat tersebut. Saya tahu mereka berpelukan karena ada tanda cincin di anaknya (Sifa). Anaknya pakai cincin. Adik sepupu saya sudah 9 tahun kerja di situ, ujar Irma.

Dalam proses evakuasi, AKBP Nugroho Tri Nuryanto langsung terjun ke TKP. Sedikitnya 9 unit ambulan dikerahkan untuk membawa seluruh jenazah yang sudah hangus terbakar ke RS Bhayangkara Medan.

Informasi dihimpun, pabrik rumahan yang tidak diketahui namanya ini sudah memulai usahanya sejak antara 2002 atau 2003 lalu. Karyawan yang bekerja pertama kali kerja di sana saat itu diupah Rp1000 per kotak.

Satu kotak mancis berisi 50 unit. Kerja mereka memasang batu mancis untuk diedarkan ke pasaran. Disebut-sebut, usaha itu milik seseorang warga keturunan Tiongkok. Mereka tewas terperangkap di dalam pabrik rumahan tersebut. Pintu depan dan belakang di kunci. Meski demikian, dilaporkan ada empat orang yang selamat.

Adalah, Nur, Deni Novita Sari, Ariyani dan Ayu. Deni Novita Sari dapat diwawancarai Sumut Pos. Pun demikian, korban selamat ini masih trauma. Perlahan Sumut Pos melakukan wawancara terhadap mereka.

Saya keluar dari pintu belakang. Waktu kejadian, saya lagi makan. Begitu kejadian katanya ada kebakaran, saya sempat melihat ke depan. Setelah itu saya lemas. Mau berdiri sajapun enggak sanggup. Kami lihat semuanya kawan kami yang jadi korban, tutur wanita bertubuh tambun yang akrab disapa Pipit itu.

Pipit sudah bekerja di situ selama delapan tahun. Nur yang ngerti kejadiannya, sambung dia. Sayangnya, Nur masih belum dapat diwawancarai lebih lanjut. Nur selamat karena lari melalui pintu belakang.Saya enggak ada firasat apa-apa. Macam mimpi. Ledakan banyak terdengar, enggak bisa dihitung. Nur masih shock itu, lanjut Pipit.

Tak lama diwawancarai di sebuah rumah yang letaknya di belakang TKP, Petugas Satreskrim Polres Binjai datang menghampiri korban selamat.Polisi akan mengambil keterangan terhadap mereka yang selamat dari kejadian kebakaran hebat tersebut. Keempat korban selamat pun dibawa ke Gedung Satreskrim Polres Binjai untuk dimintai keterangan.

Sekitar pukul 15.30 WIB, rombongan Kapolda Sumut, Irjen Agus Andrianto tiba di TKP. Jenderal bintang dua tersebut sempat memasuki bangunan yang terbakar. Menurut Agus korban tewas ada 30 orang. Rinciannya 24 dewasa dan sisanya anak-anak. Saat ini, masih dilakukan pemeriksaan.

Kita akan melakukan penelusuran terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab. Pemilik pabrik rumahan mengabaikan keamanan dan keselamatan pekerjanya, ujar mantan Dir Reskrimum Polda Sumut itu.

Karena ini pabrik rumahan merakit mancis, kata Agus, api tersebut sumbernya dari yang mereka rakit. Sayangnya, Agus enggan membeberkan siapa pemilik pabrik rumah ini. Namun demikian, dia bilang, sudah mengetahui nama ataupun inisial pemilik pabrik rumah tersebut. Pemilik pabrik sudah ditetapkan sebagai tersangka. Mereka bekerja selalu dikunci. Enggak tahu alasannya apa (kenapa dikunci), tandas Kapolres Binjai, AKBP Nugroho Tri Nuryanto.

Terpisah, Pengawas Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Wilayah Medan-Binjai-Langkat, Sumut, Mahipal Nainggolan, memastikan perusahaan tersebut tidak memiliki izin. Jadi berdasarkan data kita, perusahan ini tidak memiliki ijin, kata Mahipal Nainggolan, di lokasi kejadian.

Dari keterangan masyarakat, sambung dia, perusahaan tersebut sudah berjalan sekitar lima tahun. Kapan berdirinya pun kita tidak tahu, sejauh ini dari pihak Disnaker dan perangkat di Kabupaten Langkat, belum ada pemberitahuan ke kita, ungkapnya.

Ke depan, Disnaker akan melakukan pemanggilan kepada pihak terkait, seperti pengusaha dan perangkat desa. Disnaker akan berusaha mendata perusahaan-perusahaan serupa. Kita berharap setiap perushaaan mengurus ijin dan menggunakan alat-alat operasional sesuai SOP diperushaan yang didirikan, tegasnya.

Sementara itu, Sekertaris Daerah, Kabupaten Langkat, Indra Salahuddin mengucapkan turut berduka cita atas peristiwa yang terjadi. Saat ini sedang berusaha mengevakuasi para korban, katanya.

Soal izin, dirinya mengaku, masih akan melakukakan klarifikasi ke beberapa pihak. Mengenai izin ke Disnaker, kalau laporan sejauh ini tidak ada yang melaporkan kalau ada perusahaan disini, jelasnya. (fed/bem/ful/fin)

 


Sumber: Fajar.co.id

Berita Terkait



add images