iklan Direktorat Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Iptek-Dikti (SDID) Kemenristekdikti Ali Ghufron menggelar program unik yakni membayar dosen untuk merenung. (Jpnn/JPG)
Direktorat Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Iptek-Dikti (SDID) Kemenristekdikti Ali Ghufron menggelar program unik yakni membayar dosen untuk merenung. (Jpnn/JPG)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA-Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) membuat program menarik. Namanya sabbatical leave. Program ini diperuntukan bagi dosen ini untuk merenung, namun tetap dibayar.

Program merenung itu bereda di bawah Direktorat Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Iptek-Dikti (SDID) Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti. Saat ini sudah ada 50 orang dosen yang menjadi pesertanya.

Anggaran untuk program ini sudah disiapkan, kata Ghufron di sela paparan program Academic Leader 2019 di kantor Kemenristekdikti Senin (20/5).

Namun guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Tersebut belum bersedia merinci anggaran untuk setiap dosen peserta program sabbatical leave tersebut.

Menurut Ghufron, program merenung namun dibiayai negara dan mendapatkan uang tersebut sudah jamak dilakukan di kampus-kampus luar negeri. Tujuannya adalah supaya dosen berkesempatan untuk merenung, berkontemplasi, serta mengevaluasi kinerjanya.

Harapannya setelah itu bisa menelurkan inovasi atau gagasan, tuturnya.

Lebih lanjut, Ghufron menjelaskan, dosen di kampus-kampus Indonesia selama ini cenderung menghabiskan waktu untuk mengajar. Kondisi ini terjadi di kampus negeri maupun swasta.

Dosen yang kebanyakan mengajar biasanya materi yang disampaikan itu-itu saja. Bertahun-tahun slide paparannya itu-itu saja, katanya.

Kondisi tersebut terjadi karena para dosen itu tidak diberikan kesempatan dari kampus untuk melakukan perenungan sekaligus evaluasi proses pembelajarannya.

Menurut Ghufron, kampus harus memberikan kesempatan kepada dosen untuk merenung. Bisa mulai dari tiga bulan hingga satu semester. Selama kurun waktu itu, dosen tidak dibebani kegiatan mengajar. Namun hak-haknya seperti gaji dan tunjangan kinerja tetap dibayarkan seperti biasanya.

Karena itu, programnya ini tidak hanya meminta dosen supaya merenung. Tetapi dari hasil perenungannya itu menghasilkan sesuatu yang baru. Selain inovasi program pembelajaran, bisa juga gagasan riset dalam bentuk proposal. Bisa juga gagasan untuk publikasi penelitiannya yang sudah lampau.

Merenungnya bisa kemana saja. Misalnya ke pulau Seribu atau daerah lainnya, katanya.

Namun, Ghufron menegaskan, program sabbatical leave ini untuk sementara hanya menyediakan biaya untuk merenung di dalam negeri saja. Tidak sampai ke luar negeri. (jpg)


Berita Terkait



add images