iklan ILUSTRASI (INT)
ILUSTRASI (INT)

JAMBIUPDATE.CO, WASHINGTON  Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak para pemimpin Teheran untuk duduk dan membicarakan tentang penghentian program nuklir mereka.

Bila tidak diindahkan, Trump menyatakan tidak menutup kemungkinan melakukan konfrontasi militer dengan Iran.

Dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih pada Kamis (9/5), Trump enggan menjelaskan alasannya mengerahkan kapal induk USS Abraham Lincoln ke kawasan Timur Tengah.

Dia hanya menyebut bahwa ada ancaman yang belum ditentukan.

Kami memiliki informasi yang tidak ingin Anda ketahui. Mereka sangat mengancam dan kami harus memiliki keamanan besar untuk negara ini dan banyak tempat lainnya, ujar Trump.

Dia pun segera ditanya apakah ada risiko konfrontasi militer dengan kehadiran militer AS di kawasan tersebut. Saya kira Anda bisa mengatakan itu selalu, kan? Saya tidak ingin mengatakan tidak, tapi mudah-mudahan itu tidak akan terjadi.

Kami memiliki salah satu kapal paling kuat di dunia yang dimuat dan kami tidak ingin melakukan apa saja, katanya.

Trump pun mengomentari tentang memanasnya hubungan AS dengan Iran terkait program nuklir. Menurut dia, Teheran seharusnya mengajaknya bicara.

Kita dapat membuat kesepakatan, kesepakatan yang adil, kita hanya tidak ingin mereka memiliki senjata nuklir, tidak terlalu banyak bertanya. Dan kita akan membantu mengembalikannya ke bentuk yang baik, ucap Trump.

Jika sekiranya para pejabat Iran belum memiliki kesempatan bertemu, Trump pun membuka diri untuk melangsungkan percakapan via telepon.

Jika mereka melakukannya, kami terbuka untuk bicara dengan mereka, ujarnya.

Penasihat keamanan nasional AS John Bolton mengatakan belum ada indikasi atau peringatan serius tentang apakah Iran merencanakan kemungkinan serangan. Dia hanya menegaskan bahwa AS hendak mengirim pesan yang jelas kepada Teheran.

AS tidak mencari perang dengan rezim Iran, tapi kami sepenuhnya siap menanggapi serangan apa pun, apakah dengan proksi, Garda Revolusi Iran, atau pasukan reguler Iran, ucap Bolton, dilaporkan laman CBS.

Sementara itu, Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi mengatakan, negaranya telah melakukan pembicaraan dengan enam negara kekuatan dunia, termasuk AS, dalam kerangka kesepakatan nuklir. Namun, kata Ravanchi pembicaraan tersebut justru digagalkan Trump

Tiba-tiba dia memutuskan untuk meninggalkan meja perundingan. Apa jaminan dia tak akan mengingkari lagi, ujarnya dalam sebuah wawancara dengan MSNBC, dikutip Hurriyet.

Kepala Biro Politik Garda Revolusi Iran Yadollah Javani menuding, AS telah menyebar ancaman dengan mengerahkan kapal induk ke Teluk. Oleh sebab itu, negaranya telah mengesampingkan opsi negosiasi dengan AS.

Tidak ada pembicaraan yang akan dilakukan dengan Amerika, dan Amerika tidak akan berani mengambil tindakan militer terhadap kami, ujar Javani.

Pada Mei tahun lalu Trump memutuskan menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran. Menurut dia, kesepakatan tersebut cacat karena tak mengatur tentang program rudal balistik Iran, kegiatan nuklirnya selepas 2025, dan perannya dalam konflik Yaman serta Suriah.

Setelah menarik AS, Trump pun menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Teheran. Sanksi itu membidik sektor energi, otomotif, dan keuangan Iran. Pada Rabu lalu, Trump memerintahkan penerapan sanksi baru untuk Teheran yang mengincar industri logam negara tersebut. (der/rts/fin)

 


Sumber: Fajar.co.id

Berita Terkait