iklan Paus Fransiskus mengatakan, Yerusalem harus menjadi simbol perdamaian antara umat Kristen, Yahudi, dan Islam (The Guardian)
Paus Fransiskus mengatakan, Yerusalem harus menjadi simbol perdamaian antara umat Kristen, Yahudi, dan Islam (The Guardian)

JAMBIUPDATE.CO,   Paus Fransiskus mengatakan, Yerusalem harus menjadi simbol perdamaian antara umat Kristen, Yahudi, dan Islam. Dilansir dari Al Jazeera pada Minggu (31/3), Paus diundang oleh Raja Maroko Mohammed VI untuk melakukan dialog antaragama di negaranya.

Ia akan merayakan misa di Stadion Rabat dengan sekitar 10 ribu orang jemaat. Paus juga akan mengunjungi pusat layanan sosial yang dikelola gereja dan bertemu dengan para pastor Gereja Katolik dan para pendeta Gereja Kristen.

Dalam sebuah pernyataan bersama, Paus dan Raja Mohammed VI mengatakan, Yerusalem adalah warisan bersama kemanusiaan dan khususnya warisan bagi para pengikut ketiga agama monoteistik Kristen, Yahudi, dan Islam.

Karakter multi agama yang spesifik, dimensi spiritual, dan identitas budaya tertentu dari Yerusalem harus dilindungi dan dipromosikan, kata mereka dalam deklarasi yang dikeluarkan oleh Vatikan ketika Paus mengunjungi Rabat.

Raja Mohammed VI merupakan ketua komite yang dibentuk oleh Organisasi Kerjasama Islam untuk melindungi dan memulihkan warisan agama, budaya, dan arsitektur Yerusalem. Raja Mohammed VI dan Paus membuat pernyataan bersama usai Presiden AS Donald Trump mengakui Kota Yerusalem yang disengketakan itu milik Israel.

Sikap Trump ini memicu kemarahan di seluruh dunia Muslim, terutama dari Palestina yang melihat Yerusalem sebagai ibu kota negara masa depan mereka. Memperbaiki hubungan dengan agama-agama lain telah menjadi prioritas bagi Paus asal Argentina tersebut.

Berbicara kepada ribuan warga Maroko, Paus mengatakan, pentingnya menentang sikap fanatisme. Dia menekankan perlunya persiapan yang tepat bagi para pemimpin agama di masa depan. Umat Katolik merupakan kelompok minoritas di Maroko, di mana 99 persen penduduknya adalah Muslim.

Raja Mohammed VI juga menyuarakan pentingnya memerangi radikalisme. Yang sama-sama dimiliki oleh teroris bukanlah agama, namun justru ketidaktahuan agama. Sudah saatnya agama tidak lagi menjadi alibi untuk intoleransi ini, katanya.

Editor : Dyah Ratna Meta Novia

Reporter : Dinda Lisna


Sumber: JawaPos.com

Berita Terkait



add images