iklan Hendri
Hendri

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI-Pelaku teror bom di Pasir Putih,  Hendri, berhasil dibekuk aparat kepolisian hanya dalam kurun waktu satu satu hari setelah kejadian. Dalam kesehariannya, Hendri ternyata sangat tertutup dan kurang bergaul dengan lingkungannya.

Peledakan bom rakitan di Lorong H Kamil, Kelurahan Pasir Putih, Jambi Selatan, Kota Jambi Rabu dini hari (27/1) sekitar pukul 02.30 WIB, cukup menggegerkan warga, meskipun berskala low expolisve.

Kendati demikian, aparat kepolisian cukup sigap dan serius menangani kasus tersebut, meski hanya bersifat teror biasa dan bukan aksi terorisme.

Penyelidikan dilakukan. Sejumlah barang bukti seperti bahan peledak, belerang, arang potassium serta serpihan ledakan disita. 

Pelaku meninggalkan jejak dengan menuliskan pesan pada secarik kertas putih yang tertuang nama pengirim dan tujuan bom tersebut. Ini merupakan modal awal pihak kepolisian mengungkap kasus ini. Dengan membentuk tim khusus, Polda Jambi dan jajaran langsung bergerak. Tidak butuh waktu lama, selang sehari pasca kejadian, pelaku berinisial H (Hendri, red) berhasil diringkus di salah satu hotel di Kota Jambi, Kamis (28/1). Kini pelaku tengah diperiksa intensif di Mapolda Jambi. 

Kemarin (29/1) sekitar pukul 14.30 WIB, harian ini menyambangi tempat tinggal Hendri yang berlokasi di RT 22, Kelurahan Kebun Handil, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi. Di rumah kontrakan yang berbentuk memanjang itu, Hendri diketahui tinggal bersama isterinya N dan dua anaknya. 

Tempat tinggalnya tepat berada di samping pemilik rumah, yakni Sucipto (42). Menurut keterangan pak Cipto, sekitar empat bulan yang lalu, ibu Hendri datang ke rumahnya untuk menanyakan kontrakan. Saat itu, kata dia, ibu pelaku yang namanya tidak disebutkan bersama dengan seorang anak perempuan. 

"Ibuknyo tu datang ke sini. Nanyo kontrakan ado kosong apo idak. Kami bilang kosong dan rumah tu langsung ditempati sesuai dengan kesepakatan pembayaran," ujar pak Cipto. 

Kata Dia, Hendri menempati rumah itu bersama dengan satu istri dan dua anaknya. Namun, kesehariannya, Hendri selalu pulang malam hari. Sesekali bersama dengan teman-temannya menggunakan mobil. Dia juga kurang bergaul dengan warga setempat dan cenderung tertutup. 

Karena sibuk dalam pekerjaan sebagai tukang bangunan, pak Cipto mengaku tidak terlalu memperhatikan aktivitas Hendri.

"Selamo ini dak ado curiga jugo. Yo karno kito sibuk masing-masing," akunya.

Namun, hal yang mengejutkan terjadi pada Kamis, sambung Waliyah (37) isteri dari Pak Cipto yang melihat langsung menggerebekan kontrakannya yang dihuni Hendri. Puluhan anggota polisi datang dengan senjata lengkap dan ada yang membawa senjata laras panjang. Semua jalan keluar dari kontrakan tersebut ditutup. 

"Polisi tu permisi mau minta kunci serap. Pas Sayo di luar lah rame. Penuh sampai ke jalan luar tu," kata Waliyah kepada wartawan. 

Dia mengaku langsung shock dengan kejadian itu. Dia tidak menyangka jika orang yang mengontrak rumahnya itu tengah diburu polisi. Terlebih lagi,  dia melihat aksi polisi mirip dengan yang dilihatnya di media dalam sebuah penggerebekan. Ada yang berbaju preman, menggunakan senjata laras panjang. 

"Biasonyo kito nengok di TV. Tapi sekali ni di rumah kito. Apo dak tekejut kami jadinyo," bebernya. 

Sementara itu, Ketua RT setempat, Darius (58), mengaku ikut masuk ke dalam rumah. Kata Dia, saat meminta izin polisi menyebutkan ingin memeriksa kontrakan tersebut. Sementara, untuk penghuninya sendiri sudah ditangkap.

"Katonyo mau minta izin dan Sayo untuk menyaksikan. Kalau penghuni kontrakan si Hen (H,red) sudah ditangkap. Itu kato polisi tu," ujar Darius. 

Menurutnya, dalam kesehariannya Hendri memang  tertutup dan selalu pulang malam. Warga setempat juga tidak kenal dengannya. Saat melapor menempati rumah tersebut pada September 2015, Hendri ditemani istri dan anaknya Kala itu, yang bersangkutan tidak membawa KTP, Kartu Keluarga dan surat pindah dari tempat sebelumnya. 

"Kareno dio melapor. Sayo bilanglah syaratnyo tu harus ado KTP, KK dan surat pindah. Dio janji lah waktu tu nak ngantar," sebut pria yang saat itu menggunakan celana selutut.

Tapi, hingga dia ditangkap dan kontrakannya digeledah polisi, H endri tak kunjung memberikan syarat yang diminta ketua RT tersebut. Ini diindikasi jika yang bersangkutan sengaja menyembunyikan identitasnya agar tidak diketahui orang lain. 

"Sampai sekarang belum ado," bebernya. 

Dengan kejadian ini, dirinya mengaku akan lebih berhati-hati lagi kedepannya. "Kalau macam ini, kito waspada lagi nerimo orang masuk. Jadi pelajaran jugo lah," tandasnya. (pds)

 


Berita Terkait



add images