iklan Ilustrasi
Ilustrasi

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI Pelaksanaan Pilkada Tebo sudah di depan mata, sejumlah nama yang akan ikut ambil bagian sudah bermunculan. Dalam pesta demokrasi yang rencananya digelar Februari 2017 nanti, diprediksi menjadi pertarungan antara wilayah Rimbo dan aliran Sungai Batanghari.

Di mana, wilayah Rimbo ini terdiri dari Rimbo Bujang, Rimbo Ulu, Rimbo Ilir. Meski hanya tiga kecamatan, jumlah penduduknya hampir separoh dari jumlah masyarakat Tebo, juga mayoritas berasal dari etnis Jawa. Untuk aliran Batanghari terdiri dari Tebo Ilir, Tebo Ulu, Tebo Tengah, Muaro Tabir, Serai Serumpun, Tujuh Koto, Tujuh Koto Ilir, Sumai dan Tengah Ilir yang mayoritas masyarakat pribumi.

Dari wilayah Rimbo, sejauh ini baru muncul nama incumbent  Sukandar, Sri  Sapto Edy dan Wartono Tryan Kusumo . Sedangkan dari aliran Batanghari, ada beberapa nama seperti Yopi Muthalib, Hamdi, Havis Husaini, Asvan Deswan, Eka Madjid dan sederet nama lainnya.

BACA JUGA: Ini Dia Perbandingan Jumlah Mata Pilih Wilayah Rimbo dan Aliran Sungai Batanghari

Pengamat Politik Jambi, Jafar Ahmad dimintai tanggapannya mengatakan, kemungkinan besar Jawa ini tidak mau bertarung dengan kelompoknya sendiri.

Kelihatannya mereka cenderung siapa yang lebih kuat, itu yang dijagokan. Mereka akan merasa nyaman siapa pun yang menang, ketimbang harus bersaing dengan kelompoknya sendiri. Jadi ada kemungkinan, Sukandar tidak akan punya lawan di etnis Jawa. Kepentingan mereka sama, tuturnya.

Jika begitu, mestinya kelompok aliran Sungai Batanghari tidak boleh terpecah secara politik. Karena kalau mereka terpecah, maka dukungan etnisnya tentu akan pecah.

Kalau dia terpecah dukungan mayoritas kelompok Jawa ini akan tentu menang. Apalagi sekarang siapa yang memperoleh suara terbanyak langsung keluar sebagai pemenang, tidak ada lagi dua putaran, ujarnya.

BACA JUGA: Flash Back, Ini Dia Hasil Pilkada Tebo 2011 Silam

Kelompok aliran Sungai Batanghari yang dianggap rivalnya kelompok Jawa itu harus sadar bahwa, kekuatan politik demokrasi dengan pemilihan langsung itu adalah suara terbanyak. Itu yang harus dipahami, kalau mereka ramai yang maju itu maka suaranya tentu akan terpecah. Kalau sudah pecah itu selesai permaianannya, karena di sisi lain Jawa tidak punya patron selain Sukandar.

Sepertinya ini pertarungan antara aliran Batanghari dan Rimbo, sepertinya begitu. Kecuali kalau Jawa punya beberapa calon, ada yang maju selain Sukandar dan juga sangat kuat dan bisa bersaing dengan Sukandar. Kalau itu terjadi relatif seimbang permainannya. Yang jelas Rimbo itu kunci, katanya.

Apalagi Sukandar juga tetap bisa merebut suara-suara melayu dari aliran Batanghari, dari mereka yang menjabat sebagai Kepala Dinas, Kepala Desa dan jabatan lainnya di pemerintahan. Itu sudah menjadi klien-kliennya Sukandar, orang yang menggantungkan hidupnya, rezekinya, jabatannya dan pendapatannya ke Sukandar. Memang yang diuntungkan dalam konteknya ini Sukandar, sebutnya.

Kondisi yang terjadi saat ini, sepertinya kelompok Jawa di Tebo itu cenderung merasa nyaman dengan Sukandar. Ini terbukti dari terpilihnya Sukandar sebagai Bupati Tebo dan istrinya Saniatul Lativa di Pileg 2014 lalu.

Untuk aliran Batanghari, seharusnya identitasnya bisa lebih diperkuat kalau mereka merasa bahwa selama ini merasa terancam dengan kehadiran Jawa. Kalau merasa terancam tentu daya tolak terhadap tokoh dari etnis Jawa yang maju itu akan pecah. Tetapi sepanjang mereka merasa tidak terancam dengan kehadiran masyarakat Jawa, maka mereka tidak akan tinggil penolakan terhadap etnis itu, tukasnya.

Sementara itu, Pengamat Politik Hadi Suprapto Rusli mengatakan melihat kondisi saat ini,  jika di Tebo muncul tiga calon maka yang akan di untungkan adalah Sukandar. Karena sebagai Incumbent Sukandar mempunyai basis yang di bangunnya selama ini. Diantaranya adalah etnis jawa.

Akan tetapi akan lain ceritanya jika yang bertarung hanya ada dua kandidat. Misalnya yang muncul saat ini adalah Eka Marlina atau Yopi Mutholib yang merupan putra dan putri daerah. Tentu jika ini terjadi maka akan menjadi berat untuk Sukandar.

Karena biasanya di Pilkada jika ada putra Daerah yang maju maka pemilih jawa itu biasanya akan ikut yang menang,  sebutnya.

Pemilih jawa ini sangat berbeda dengan pemilih atau etnis Dayak. Perbandingannya adalah orang Dayak biar bagaimanapun kondisi politik suatu daerah mereka akan tetap memilih orangnya.

Kalau dayak itu dia otomatis akan memilih orang Dayak.  Tapi kalau Jawa belum tentu, ucapnya.

Tentu ini menjadi warning untuk Sukandar. Jika terlalu cepat utuk menentukan pasangannya maka ia akan mendapatkan penantang yang layak. Saat inikan masih dinamis, kondisi bisa saja berubah kapanpun, terangnya.

Apalagi, melihat Eka dan Yopi keduanya juga memiliki basis yang jelas. Karena keduanya merupakan anak dari mantan Bupati Tebo Majid Muaz dan Mutholib.

Keduanya punya basis, orang tua mereka mantan bupati. Apalagi nanti akan dibandingkan tingkat kepuasan terhadap Sukandar dengan pememrintah sebelumnya, ucapnya.

Misalnya bagaimana kepuasan kepemimpinan pada zaman Mutholib dan Madjid Muaz pada periode sebelumnya. Artinya siapapun yang muncul dari kedua orang ini pantas untuk menjadi penantang petanaha. (cas/aiz)


Berita Terkait



add images