iklan Salah satu ruang ujian nasional di sekolah.
Salah satu ruang ujian nasional di sekolah.
Mekanisme pelaksanaan ujian nasional (UN) terus mengalami perubahan. Tahun ini perubahan itu terjadi pada jumlah paket soal, yaitu 20 paket. Selain itu, soal dan lembar jawaban ujian nasional (LJUN) menyatu. Jadi, sebelum para siswa mengerjakan soal, mereka diminta untuk memisahkan soal dengan lembar jawaban dengan cara menyobeknya.

---------------------

 HARI ini (15/4), ratusan ribu siswa SMA sederajat di Jambi secara serentak mengikuti UN. Berbagai persiapan sudah dilakukan, tinggal bagaimana para siswa mengerjakan soal saat ujian berlangsung.

Namun, ada beberapa aturan yang perlu diketahui siswa saat berada di dalam ruang ujian.  Menurut Ketua Panitia Penyelenggara UN Kota Jambi, Adi Triono, sebelum siswa mengerjakan soal, pengawas ruang harus meminta mereka
untuk memeriksa naskah soal dan LJUN. Soal harus dipastikan tidak ada yang salah atau sobek. Misalnya, ada gambar di salah satu soal yang tidak  jelas, maka soal dan LJUN harus diganti.

Begitu juga jika ada naskah soal yang sobek. Menurut dia, di setiap ruang ada satu set cadangan naskah soal. Jika masih kurang,
pengawas bisa mengambil cadangan soal dari ruang lain.

Selain itu, kata dia, pengawas ruang harus mengingatkan siswa untuk menuliskan nama dan

nomor ujian. Setelah itu, siswa diminta untuk memisahkan soal  dengan LJUN dengan cara
menyobek pada bagian yang sudah ditentukan. Jadi, pemisahan soal dengan LJUN tersebut dilakukan sebelum pengisian soal. Dia meminta para siswa berhati-hati  dalam menyobek LJUN. Jika tidak berhati-hati, lembar jawaban itu bisa sobek dan harus diganti dengan yang baru. Yang diganti bukan hanya lembar jawaban, tetapi juga soalnya karena LJUN dan soal  menyatu.

‘’Soal dan LJUN itu menyatu lantaran disertai barcode yang sama. Barcode yang terletak di pojok kanan atas tersebut tidak bisa dilihat siswa.
Barcode baru bisa diketahui setelah dilakukan pemindaianLJUN oleh perguruan tinggi. Penggunaan barcode itu bertujuan
mencegah kecurangan,’’ terangnya.

Jadi, siswa tidak bisa meminjam soal dari siswa lain karena soal itu bukan pasangan LJUN yang
sobek tersebut. Jika cadangan naskah soal tidak ada di ruang itu, pengawas bisa mengambilnya dari ruang lain. Namun, jika di semua ruang sudah tidak ada, pengawas
bisa mengambil cadangan naskah soal dari sekolah terdekat. Kalau memang tidak ada juga, soal dan LJUN itu bisa difotokopi. Atau, kata dia, jika kesulitan memfotokopi, siswa bisa menggunakan LJUN yang sobek tersebut, asal lembarannya tidak terpisah.

Apakah siswa diperbolehkan membawa alat untuk menyobek LJUN, seperti silet atau penggaris? Adi menyatakan, di dalam 
prosedur standar operasi (PSO), hal itu tidak diatur. Menurut dia, menyobek lembar jawaban tidak terlalu sulit. Jadi, cukup disobek biasa saja, tidak perlu menggunakan alat.

‘’Karena sudah diatur sedemikian rupa dan sangat mudah untuk disobekkan,’’ terangnya.

Sementara itu, sebanyak 554 orang pengawas diterjunkan untuk melakukan pengawasan dalam gelaran Ujian Nasional (UN) tahun 2013 ini. Ketua Tim Pengawasan UN dari Universitas Jambi, DR Meizar Karim menyatakan hal tersebut.

Disebutkannya, dari total 554 orang pengawas itu, 506 orang diantaranya di satuan pendidikan. “19 pengawas bahan UN serta 28 pengawas di tahap monitoring. Kami telah melakukan pengawasan dari mulai tahapan cetak di  Kudus, sampai ke satuan pendidikan di sekolah. Kemudian, juga para pengawasan ujiannya hingga penyerahan atau pemindaian LJUN dan pengiriman LJUN ke Jakarta,'' ungkapnya.


Disinggung soal penempatan jumlah pengawas terbanyak, Maizar mengaku berada di wilayah Kota Jambi. Hal ini sesuai dengan jumlah penyelenggara UN SMA sederajat yang terbanyak. ''Yakni arena 115 orang di Kota Jambi,'' sebutnya.


Dia menyatakan, dalam pengawasan, pihaknya akan fokus pada pengawasan bahan UN dan pelaksanaan ujian di ruangan. ''Kalau kemungkinan ada gejala atau ada melanggar aturan atau Pos di dalam ruang ujian. Maka kami akan masuk ke dalam dan menegur siswa atau panitia,'' tegasnya.


Menurutnya, tiap sekolah akan ada tim pengawas. Diantaranya, untuk ruang ujian yang siswanya di bawah 10, akan ditempatkan satu orang pengawas. Sementara , jika lebih dari 10 siswa, maka ditempatkan dua orang pengawas. Namun, jika di atas 20 siswa, maka akan ada tiga pengawas ditempatkan. ''Tapi maksimal tiap sekolah akan ada tiga pengawas,'' sebut Maizar.


Namun, dia mengemukakan dengan pola soal tiap ruang ujian yang mencapai 20 paket, maka akan sulit terjadi kecurangan termasuk kunci jawaban. ''Dengan pola soal yang 20 paket belum ada nampak potensi kecurangan. Tapi entahlah, karena orang belum hebat,'' tandasnya. (sumber: jambi ekspres)

Berita Terkait



add images