iklan 4 Dosen Saintek Unja Buat Peta Jalan Alternatif, Jadi Solusi Kemacetan Hindari Truk Batu Bara
4 Dosen Saintek Unja Buat Peta Jalan Alternatif, Jadi Solusi Kemacetan Hindari Truk Batu Bara

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI- Berangkat dari kemacetan mencekam 22 Jam akibat truk batu bara menguasai jalanan nasional Jambi beberapa bulan lalu, 4 dosen Unja tergerak hatinya membuat terobosan humanis.

Mereka membuat ide pengabdian masyarakat yang berguna bagi pengendara kendaraan pribadi yang tak hafal jalan kecil dan darurat, juga diperuntukkan bagi ambulance agar bisa mengaksesnya. Pengemudi bisa mengakses peta jalan ini untuk berada di jalan 'tikus' alternatif yang ada di Kabupaten Muaro Jambi hingga Batanghari.

"Awalnya kami buat karena melihat berita macet di Batanghari selama 22 jam, kami prihatin karena ambulance juga tertahan padahal mereka darurat," ucap Muhammad El Hakim salah satu pembuat peta jalan alternatif ini.

Hakim bersama 3 akademisi Fakultas Sains dan Teknologi Unja lainnya menggarap peta jalan ini, mereka adalah Wahyudi Zahar,  Yudi Arista Yulanda, Jarot Wiratama. Keempatnya bergelar sama magister teknik.

Cara aksesnya mudah. Namun memang masih menginduk pada aplikasi tracking (jalan) lainnya.

"Masyarakat bisa mencari kata kunci 'avenza' di playstore, habis itu peta-nya kita simpan di handphone (bisa di download lewat barcode atau share di wa petanya). Peta yang sudah di hp kita buka lewat avenza," kata Hakim.

Menurut Hakim, pihaknya sudah mensosialisasikan scan barcode di spanduk di jalanan.

"Selebihnya kami memang belum launching sepenuhnya, karena niat kami akan buat launchingnya lewat berita atau jurnal. Karena niat kami peta jalan ini gratis dan tak ada niat komersial. Agar masyarakat tak macet lagi dijalankan," ucapnya.

Untuk pengguna atau masyarakat yang mengakses produk ini Hakim juga mengakui belum merekapnya.

"Yang jelas bisa dimanfaatkan orang hasil karya kami," tuturnya.

Cerita awalnya, mereka mulai mencemplungkan diri serius membuat peta ini dengan mengajukan proposal ke

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Jambi. Dan ide brilliant ini terpilih untuk dibiayai sebagai proyek pengabdian masyarakat di kampus oranye.

Bermodalkan dana jutaan rupiah itu, mereka mulai melakukan survei ke lokasi jalan alternatif dan membuat peta jalan yang memakan waktu kurang lebih selama 3 bulan.

"Meskipun masih konvensional tapi jalan alternatif ini belum ada di google maps. Kami memakai data satelit pengendaraan jauh lalu kami buat peta sehingga muncul jalan kecil, jalannya ada dua warna yakni hijau jalan yang agak panjang dan kuning jalan yang pendek," katanya.

"Kami temukan jalan alternatif ini, meskipun lebar jalan 5 meteran tapi masih bisa dilalui 2 mobil dari arah berlawanan," sambungnya.

Dari kerja cerdas itu, ditemukan tiga jalur 'anti macet' yang bisa diakses. Yang pertama, Simpang Jangga Baru - Sridadi yang berjarak 48 kilometer.

Lalu jalur kedua, Simpang Karmeo - Sridadi sepanjang 31 Kilometer. Dan jalur ketiga pada daerah Sridadi - Jambi yang menurut Hakim belum tertera panjangnya.

Tantangannya, diakui Hakim banyak jalan yang tak dilengkapi dengan fasilitas lampu sehingga gelap. Belum lagi jalan alternatif ini tak jarang banyak lubang dan sedang ada perbaikan. "Jadi pengemudi harus hati-hati untuk jalan alternatif ini juga ya," terangnya.

Untuk pengembangan ide ini, Hakim mengakui timnya tengah menjalani kerjasama dengan berbagai lintas sektor seperti pihak Dinas terkait.

Berita Terkait



add images