iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

JAMBIUPDATE.CO, MUARASABAK - Kondisi kabut asap yang menyelimuti Kabupaten Tanjabtim sudah terjadi sejak beberapa hari belakangan. Namun, alat pendeteksi kualitas udara tidak sehat sudah terjadi sejak Kamis (28/9).

Dimana di hari ini Jumat (29/9), kualitas udara tidak sehat meningkat hingga 135 PM 2,5. Yang artinya tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia, hewan dan tumbuhan.

Hal itu dibenarkan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tanjabtim, Adil P Aritonang melalui Kabid Penataan, Pengkajian, dan Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup (P3KLH) Rispa. Dia mengatakan, bahwa hari ini kualitas udara terus saja menunjukan udara tidak sehat, dari pagi diangka 127 PM 2,5, naik menjadi 131 PM 2,5 dan kini naik lagi menjadi 135 PM 2,5.

"Kita juga bisa melihat kualitas udara melalui aplikasi ISPUnet. Di aplikasi tersebut akan terjadi perubahan kualitas udara setiap 1 jam sekali. Dan memang kondisi saat ini udara sedang tidak sehat," katanya.

Dia menjelaskan, untuk kondisi udara normal biasanya diangkat 0 sampai 50. Sedangkan kualitas udara dalam kondisi sedang diangka 51 sampai dengan 100. Dan kondisi udara sedang tersebut terjadi pada hari Rabu (27/9) lalu.

"Kalau saat ini kondisi Tanjabtim masuk tidak sehat, karena berada diangka diatas 100. Kemudian untuk kondisi udara sangat tidak sehat berada diangka 201 - 300, dan udara berbahaya berada diangka > 300," jelasnya.

Menurutnya, dengan kondisi udara saat ini dapat menimbulkan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang menyerang saluran pernafasan manusia. Untuk itu, masyarakat Kabupaten Tanjabtim diimbau untuk mengurangi aktifitas diluar rumah, atau setidaknya saat bepergian agar menggunakan masker.

"Masyarakat juga untuk saat ini diminta untuk tidak dulu membakar sampah, untuk mengurangi polusi asap. Selain itu, masyarakat juga harus banyak meminum air putih," terangnya.

Terpisah, Kepala BPBD Kabupaten Tanjabtim, Helmi Agustinus mengakui, bahwa kabut asap yang menyelimuti Kabupaten Tanjabtim merupakan asap kiriman dari Sumatra Selatan (Sumsel), yang saat ini sedang terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla.

"Kita dapat imbas asap bawaan angin dari Sumsel. Jadi angin yang berhembus dari Sumsel kita juga kebagian asapnya," sebutnya.

Kemudian Helmi juga mengakui, untuk karhutla di Kabupaten Tanjabtim sendiri tidak terlalu sering. Sebelumnya pekan lalu memang terjadi karhutla di Kecamatan Rantau Rasau seluas kurang dari 1 hektar. "Kalau disini ada tapi tidak banyak, hanya 1 titik, itu pun Minggu lalu," tukasnya. (lan)


Berita Terkait



add images