iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA - Rencana pemerintah untuk mengimpor beras tampaknya makin mendekati kenyataan. Informasi terbaru, 200.000 ton beras komersial di gudang luar negeri sudah siap masuk Indonesia

Informasi kesiapan ratusan ton beras masuk Indonesia itu disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi. Diketahui, keputusan untuk mengimpor beras itu dilakukan untuk memenuhi Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di Gudang Bulog yang kian menipis.

Pemerintah mengklaim, stok beras di Gudang Bulog saat ini hanya sebesar 503 ribu ton. Jumlah tersebut terdiri dari 196 ribu ton atau 39 persennya merupakan stok komersial dan 306 ribu ton atau 61 persen merupakan stok CBP.

Dengan kondisi stok beras di gudang Bulog itu, Arief menyebut stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) saat ini, khususnya beras, berada di posisi yang perlu ditop-up sebagai instrumen stabilisasi gejolak harga dan untuk mengantisipasi kondisi darurat.

“Sebagai upaya mengamankan stok Cadangan Beras, Pemerintah akan siapkan 200 ribu ton beras komersial di luar negeri yang sewaktu-waktu dapat dibawa ke Indonesia. Cadangan pangan ini harus ada dan tidak dikeluarkan secara bebas, hanya digunakan untuk beberapa kegiatan Pemerintah,” ungkap Arief, Selasa (6/12).

Ia menjelaskan, stok beras dari luar tersebut hanya dipergunakan pada kondisi tertentu seperti, penanggulangan bencana, intervensi harga jika diperlukan dan beberapa kegiatan pemerintah lainnya. Arief memastikan, penggunaannya akan diawasi secara ketat untuk memastikan tidak masuk ke pasar.

Menurutnya, beras komersial alias beras impor ini merupakan persediaan akhir tahun sampai menunggu panen raya pada Februari-Maret 2023. Sebab, kata Arief stok beras pemerintah di gudang Bulog seharusnya bisa tembus hingga 1,2 juta ton.

“Kita siapkan pada Februari-Maret 2023 agar Bulog dapat menyerap saat panen raya tiba untuk men-top up stoknya kembali sampai dengan 1,2 juta ton, hal ini diperlukan dalam rangka menjaga floor price di tingkat petani, dan berikutnya dikeluarkan pada saat produksi beras berkurang di akhir tahun,” jelasnya.


Berita Terkait