iklan

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI- Dalam rangka gebyar ramadan nusantara, Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jambi menggelar kegiatan edukasi keuangan syariah dengan sejumlah awak media Jambi, pada Rabu (20/4).

Bertempat di Aula Utama Hotel Yello, Thehok Kota Jambi, dibuka langsung oleh Kepala OJK Jambi Yudha Nugraha Kurata, turut hadir Deputi Direktur Pengembangan Perbankan Syariah, Bapak Farid Faletehan, Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia Provinsi Jambi, Ibu Fasha Fauziah, dan Rekan Wartawan media peserta edukasi yang berbahagia.

Dalam sambutannya, Kepala OJK Jambi Yudha Nugraha Kurata mengatakan bahwa, kegiatan edukasi merupakan salah satu program kantor OJK Provinsi Jambi dalam rangka meningkatkan Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan, khususnya di Provinsi Jambi dan termasuk dalam serangkaian kegiatan.

"Gebyar safari Ramadhan 1443 Hijriah ini, sebagaimana yang telah ditargetkan Presiden RI melalui PerPres nomor 114 tahun 2020 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif dimana Nilai Indeks Inklusi Keuangan mencapai sebesar 90% pada tahun 2024," katanya.

Indonesia memiliki segenap potensi ekonomi dan keuangan syariah yang cukup tinggi. Dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia sekitar 230 juta orang, serta jaringan Industri Keuangan Syariah yang telah berdiri dan tersebar di seluruh wilayah nusantara, maka seharusnya kita menjadi
pusat keuangan syariah di Dunia.

"Tentu patut kita syukuri bahwa Industri Keuangan Syariah di Indonesia dari waktu ke waktu tumbuh dan berkembang ke arah yang positif, meskipun pertumbuhannya tidak sebesar pertumbuhan industri keuangan konvensional. Salah satu elemen yang menyebabkan belum tingginya pangsa pasar industri keuangan syariah adalah mayoritas penduduk indonesia belum mengenal produk keuangan syariah dengan baik," ujar Yudha.

Kemudian, diterangkan Yudha, berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019, Indeks Literasi Keuangan Syariah skala nasional sebesar 8,9% , artinya baru 9 dari 100 orang dewasa yang mengenal produk keuangan syariah. Hal ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat literasi keuangan konvensional yang mencapai 38%. Sebagai akibatnya, tingkat inklusi keuangan syariah beru mencapai sebesar 9,1%, jauh tertinggal dibandingkan dengan tingkat inklusi keuangan konvensional yang mencapai 75,3%.

"Namun kita harus tetap optimis, besarnya gap antara tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah dengan konvensional juga menyiratkan bahwa ruang untuk peningkatan pemahaman serta penggunaan produk dan layanan keuangan syariah masih besar. Salah satu upaya toos penting dalam upaya akselerasi tersebut adalah penggunaan teknologi informasi atau digitalisasi," terangnya.

Selain itu, untuk survei via sosial Januari 2022, dirinya menyebutkan bahwa, terdapat 205 jt (74%) penduduk Indonesia telah tersambung ke internet. Dan secara rata-rata penduduk Indonesia menggunakan internet lebih dari 8 jam perhari. Peningkatan gaya hidup serba digital ini juga didorong Pandemi Covid-19 yang merubah manusia dalam berinteraksi dengan sesama. Intensitas petemuan fisik menjadi terbatas dan digitalisasi semakin menjadi opsi dalam model bisnis baru.

"Hal ini lah yang mendorong industri jasa keuangan beradaptasi untuk tetap bertahap sekaligus memenuhi kebutuhan konsumen dengan layanan digital yang efisien, tetap aman, cepat, serta mengedepankan faktor kesehatan. Akselerasi transformasi digital di sektor jasa keuangan telah menjadi game changer dalam penyediaan produk dan layanan jasa keuangan bagi masyarakat. Dengan pesatnya penggunaan teknologi digital di bidang keuangan (fintech), perluasan akses keuangan masyarakat menjadi jauh lebih cepat," sebutnya.

Lebih lanjut Yudha, saat ini, sudah banyak pencapaian kemajuan, baik dari aspek kelembagaan dan infrastruktur penunjang, perangkat regulasi dan sistem pengawasan, maupun awareness dan literasi masyarakat terhadap layanan jasa keuangan syariah. Sistem keuangan syariah kita menjadi salah satu sistem terbaik dan terlengkap yang diakui secara internasional.

Kolaborasi secara cross-sektor antara lembaga keuangan syariah yang beragam bentuk kelembagaannya, dan kerjasama antara lembaga
keuangan syariah dengan sektor riil syariah seperti yang disebutkan di atas akan memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan sektor ekonomi dan keuangan syariah yang pada akhirnya peningkatan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional.

"Kami meyakini dengan kapasitas narasumber pada kali ini, kegiatan ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua. Oleh karena itu, manfaatkanlah waktu yang terbatas ini. Lakukan diskusi intensif, tanyakan segala hal yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan rekan-rekan sekalian, dan semoga dengan dilaksanakannya kegiatan ini memberikan manfaat baik bagi kita semua," tutupnya.(rhp).


Berita Terkait



add images