iklan Dr. Noviardi Ferzi
Dr. Noviardi Ferzi

Oleh : Dr. Noviardi Ferzi*

Dari sisi bisnis, tak mudah untuk memulai apalagi membangun sesuatu yang monumental, membangun gedung baru bagi Bank daerah merupakan keniscayaan yang langka. Disebut langka, karena tidak banyak orang percaya, kita di daerah bisa. Tidak banyak pula yang memandang itu perlu. Kebanyakan orang menganggap secara bisnis itu beresiko. Lalu, secara politis orang akan melihat untuk siapa, keperluan apa bahkan keuntungan siapa ? Dari pro kontra inilah saya mencatat torehan prestasi Bank Jambi, capaian ditengah pandemi.

Maka ketika Bank Jambi dibawah kepemimpinan Yunsak El Hacon sebagai Direktur Utama mampu membangun gedung baru, yang pendanaanya dari sumber internal, saya tak ragu menyebutnya suatu kemajuan mencerminkan cara berfikir yang hebat.

Di bangunnya Gedung Mahligai dapat menunjukan eksistensinya dalam mendorong perekonomian daerah sebagai Bank Pembangunan Daerah di Provinsi Jambi. Ini Office tower plus, pusat bisnis dan juga rekreasi, icon Jambi. Tak percaya, biarlah waktu membuktikannya. Namun, dari sisi operasional, saya berani katakan, gedung ini dibutuhkan Bank Jambi.

Nama Mahligai 9 berdasarkan ide gagasan dari Bapak Drs. H. Marzuki Usman, M.A. pendiri pasar modal Indonesia, putra asli Mersam Batanghari yang pernah menjadi Menteri Pariwisata dan Kepala Pasar Modal di Republik Indonesia. Gedung Mahligai 9 tinggi nan kokoh melambangkan sebuah kesejahteraan, kekuasaan serta keberhasilan. Dari dunia bisnis kesuksesan itu perlu diperlihatkan aset yang memukau.


Gedung itu menjadi catatan sejarah bagi Jambi, Mahligai 9 berdiri setinggi 12 lantai dengan ketinggian 60 meter. Saat ini gedung mahligai 9 merupakan gedung paling tinggi di Provinsi Jambi.


Dari sisi kinerja Bank Jambi saya nilai telah layak memiliki gedung yang bonafid, seiring kinerja perusahaan. Masalah kinerja, ada beberapa catatan Bank 9 yang positip di tahun 2021.


Pertama, aspek profitabilitas, kinerja Bank Jambi amat cemerlang, laba bersih di akhir 2021 mencapai 314 milyar meningkat 13,90% (yoy) dari tahun 2020. Angka ini cukup jauh di atas rata-rata pertumbuhan laba perbankan nasional yang hanya mencapai 9,68 persen. Ini merupakan prestasi yang esensial bagi Bank Jambi bisa mencapai pertumbuhan laba di atas rata - rata Bank Nasional.

Hebatnya, pertumbuhan laba ini ditopang keberhasilan Bank Jambi dalam meningkatkan CASA (dana murah) dari masyarakat, yang komposisinya mencapai 49,07 persen dari total dana yang disalurkan.

Dalam bisnis perbankan, Current Account Saving Account (CASA) ibarat hidangan lezat dan sehat, dana murah yang diperoleh dari tabungan dan giro. Tabungan dan giro disebut dana murah karena perbankan tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mendapatkan kedua jenis dana pihak ketiga tersebut, tidak seperti deposito yang merupakan dana mahal. Dalam hal ini tentu saja sangat baik bagi Bank daerah, artinya mereka makin dipercaya nasabah. 
 
Lalu, indikator kinerja yang kedua, dilihat dari Loan to Funding Ratio (Loan to Deposit Ratio). Rasio yang digunakan untuk menilai risiko likuiditas, rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber.

Tahun 2021 Loan to Funding Ratio (LDR) Bank Jambi pecah rekor mencapai 84, 68 persen, jauh di atas rata - rata LDR perbankan nasional yang hanya sebesar 78, 04 persen. Capaian ini tentu saja mengambarkan kerja keras bank Jambi dalam menghimpun dana dan menyalurkan kembali ke masyarakat.

Rasio LDR yang rendah mengindikasikan banyak dana yang menganggur yang belum disalurkan dalam kredit, namun kualitas likuiditas baik. Sebaliknya, apabila rasio LDR tinggi berarti penyaluran dana dalam bentuk kredit optimal, namun kemampuan likuiditas bank kurang baik, pada titik ini saya melihat Bank Jambi mampu menjaga keseimbangan likuiditas. Tingkat LDR merupakan indikator kesehatan bank dalam menjalankan operasinya.

Sejalan dengan itu di tahun 2021 Bank Jambi juga berhasil melakukan efisiensi biaya operasional. Hal ini tercermin dari penurunan BOPO berupa perbandingan biaya operasional terhadap pendapatan operasional yang sebesar 67,65% (yoy).

Angka ini bearti 67, 65 persen biaya operasional yang dikeluarkan berkorelasi langsung dengan pendapatan, angka ini mengambarkan efektivitas kinerja operasional yang efisien. Biaya yang dikeluarkan sebanding dengan laba yang diperoleh.

Ketiga, dari sisi aset di tahun 2021 secara YoY Bank Jambi juga tumbuh signifikan mencapai 15.16 persen dari tahun 2020. Pertumbuhan aset ini salah satunya ditopang oleh pertumbuhan kredit sebesar 5.67 persen, angka juga di atas rata-rata nasional yang hanya sebesar 4.17 persen.

Pertumbuhan aset ini mencerminkan likuiditas yang terpelihara dengan secara efektif, tercukupinya modal dan kualitas kredit yang tersalurkan dengan baik.

Bank yang likuiditasnya terjaga ditandai dengan kepemilikan aset lancar yang cukup sehingga dapat memenuhi secara cepat penarikan dana dari deposan dan mampu menyediakan dana ketika terdapat permintaan kredit oleh debitur. 


Berita Terkait



add images