JAMBIUPDATE.CO,MAKASSAR — Anggaran untuk wakil rakyat sangat jomplang dengan penanganan kekurangan gizi di Makassar. Rakyat miskin hanya jualan politik semata.
DUA balita berbaring di atas sehelai karpet lusuh. Baju kumal, badan kecil. Rumah petak kontrakan yang ditinggali juga sempit dan pengap. Tembok dinding terkelupas di sana sini.
SP, salah seorang anak yang kini berusia tiga tahun, merupakan penderita gizi buruk. Saban hari, ia hanya bisa duduk di karpet lusuh itu. Lantaran penyakitnya yang dipicu oleh gizi buruk, ia tak bisa berdiri.
Kondisi kesehatan SP memburuk sejak batita. Itu karena dipengaruhi oleh gizi buruk dan penyakit saraf yang didiagnosiskan padanya. Tinggi badannya masih di bawah 100 sentimeter (cm) dan berat badan hanya 9,5 kilogram (kg).
Selama ini, sejumlah intervensi yang diberikan hanya pemberian makanan tambahan. Sementara, anak gizi buruk dengan penyakit penyerta butuh penanganan lebih.
“Yang saya harap saat ini setidaknya Suci bisa duduk, agar bisa kelihatan lebih nyaman,” kata ibu SP, N, dengan wajah murung saat ditemui FAJAR di kamar kontrakannya di sebuah gang, Rabu, 16 Juni. Jarak rumahnya ke Kantor DPRD Makassar hanya sekitar satu kilometer.
Untuk kesembuhan anaknya, ibu empat anak itu hanya bisa berharap pada doanya. Sebab, untuk membiayai pengobatan sulit untuk dipikirkan lantaran pendapatan suaminya, S, yang hanya buruh harian, tak cukup.
“Yang disyukurkan itu karena selalu-ji dapat vitamin dan makanan tambahan bergizi dari posyandu tiap bulan,” bebernya.
Itulah bantuan satu-satunya yang anaknya dapatkan. Susu, vitamin, dan makanan tambahan lainnya. Jumlahnya sangat terbatas. Tak pernah ada wakil rakyat datang menemuinya, meski ia berharap begitu.
“Harapan saya juga itu, ada tong wakil-wakil rakyat yang perhatikan ki bagaimana bisanya ini ke depan penyakitnya anakku supaya tidak gangguan gizi terus mi kodong. Ka saya masyarakat asli Makassar tongji,” katanya dengan logat khas Makassar.
Harapan besarnya itu memang terus diutarakan, sebab tidak hanya SP dalam keluarganya yang mengalami masalah gizi. Anak bungsunya, MA yang berusia satu tahun juga mengalami gangguan. Dia termasuk gizi kurang karena berat badan hanya 7 kg dengan tinggi 48cm.
Di Kelurahan Banta-bantaeng saat ini menang menjadi percontohan untuk penanganan stunting dan gizi kurang di Makassar. Total anak yang diintervensi sebanyak 114 orang.
Kader Posyandu Wilayah VI RW 4 Kelurahan Banta-bantaeng Nur Zamzam Hasan menyampaikan, hingga saat ini intervensi gizi itu hanya murni semua dari program pemerintah. “Itu dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas Kassi-kassi,” bebernya.
Untuk perhatian dari pihak lain seperti wakil rakyat tidak ada. Padahal mereka yang diharap lebih menyuarakan kondisi masyarakat. Saat ini untuk intevensi gangguan gizi dan stunting itu masif dilakukan di Kelurahan Banta-Bantaeng. “Karena pengaruh lingkungan dan ekonomi masyarakat,” katanya.
“Untuk di wilayah kami yang terganggu gizinya dan masuk yang berat karena penyakit penyerta ada beberapa,” bebernya.
Gangguan gizi karena penyakit penyerta itu juga dialami HZ. Anak usia 3 tahun itu tingginya hanya 83 cm dan berat badan 11 kg. Sama seperti SP, HZ pun belum bisa berdiri lantaran gizi buruk.
Di Jalan Naja Daeng Nai, Lorong 1, Kelurahan Rappokalling, Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Rosmiati (30), juga hanya bisa terbaring di tempat tidurnya. Sejumlah anggota tubuhnya tidak bisa ia gerakkan. Untuk buang air saja harus mengandalkan popok.
Bahkan, ia sempat tidak bisa bicara sebelum ia dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RUSD) Daya, dua bulan lalu. Namun, karena faktor ekonomi, ia harus kembali ke rumah sebelum perawatannya selesai.