iklan Masjid Rajo Tiangso di Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, menjadi saksi bisu penyebaran agama Islan di wilayah Merangin.
Masjid Rajo Tiangso di Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, menjadi saksi bisu penyebaran agama Islan di wilayah Merangin. (WIWIN SAPUTRA/JAMBIEKSPRES)

MASJID Rajo Tiangso di Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, menjadi salah satu bukti pusat penyebaran Agama Islam di Provinsi Jambi khususnya di Kabupaten Merangin atau Sarko dahulunya.

WIWIN SAPUTRA, Merangin

Masjid Rajo Tiangso berlokasi di Desa Muara Madras, Jangkat. Untuk mencapai masjid ini, membutuhkan waktu sekitar 4 sampai 5 jam dari pusat Kota Bangko, melewati ruas jalan utama Bangko-Kerinci, kemudian berbelok ke arah kiri, persis di persimpangan Desa Pulau Rengas.

Awalnya dibangun oleh Muhammad Amin Rajo Tiangso di Desa Tanjung Alam yang pada saat itu masih bernama l,Koto Mantirai.

Seperti yang diceritakan oleh tetua Desa Muara Madras diantaranya Safrudin, Safrun Dani, Sarifuddin Amin, Sofwan, Afrizon, Sulaiman dan M Said yang saling mengingatkan sejarah singkat dari Masjid Rajo Tiangso tersebut.

Pendiri pertama Masjid tersebut bernama Muhammad Amin yang merupakan anak pendatang bernama Tengku Said yang berasal dari Pagaruyung, Sumatera Barat yang pada saat itu bertemu dengan Sultan Gede Gede di Jambi.

Waktu itu kebetulan Muhammad Amin mirip dengan anak Sultan Gede Gede yang sudah meninggal, oleh Sultan Gede Gede, Muhammad Amin diangkat menjadi anak di so-kan (disatukan) dan mendapat gelar Rajo Tiangso lalu disekolahkan sampai ke Mesir dan setelah tamat membawa Pusaka berupa Al Qur'an yang ditulis tangan dan catatan Khutbah.

Bermodalkan Pusaka tersebut, Sultan Gede Gede memerintahkan Muhammad Amin untuk menyusuri Sungai Sirih yang saat ini menjadi Sungai Tembesi selanjutnya berhenti di Muara Pangi, Kecamatan Lembah Masurai selanjutnya melanjutkan perjalanan sampailah ke daerah Jangkat.

Waktu itu di daerah Jangkat masih banyak orang-orang yang bermain judi sabung ayam. Untuk menyebarkan Islam, Muhammad Amin Rajo Tiangso mencoba masuk dengan cara mengikuti kebiasaan mereka dengan mengucapkan Bismillah sebelum mengadu ayamnya.

Ayam Muhammad Amin Rajo Tiangso selalu menang dalam pertarungan sehingga banyak orang-orang yang penasaran dengan kata-kata Bismillah sehingga berguru dengan Muhammad Amin.

Bermodalkan Bismillah tersebut Muhammad Amin menyiarkan Agama Islam yang hingga saat ini menjadi Agama Mayoritas penduduk Jangkat dan sekitarnya.

Setelah Muhammad Amin Rajo Tiangso meninggal Masjid tersebut dipindahkan dari Tanjung Alam ke Desa Muara Madras yang berjarak kurang lebih 3 KM oleh anak kandungnya pada tahun 1116 Hijriah atau tahun 1704 Masehi.

Salah satu elemen bangunan yang paling sulit dipindahkan adalah Tiangso (Tiang Satu) yang terbuat dari kayu berukuran besar berdiameter lebih dari 1,5 meter dan panjang belasan meter memakan waktu lebih dari 3 tahun dan menghabiskan 7 ekor kerbau untuk kenduri mengangkut tiang tersebut secara bergotong royong seluruh masyarakat Jangkat.

Sampai saat ini Masjid yang berukuran sekitar 30 x 30 meter tersebut sudah 3 kali dilakukan renovasi namun yang diingat pada tahun 1977 dan tahun 1985.

Hingga saat ini Masjid masih berdiri kokoh dan Pusaka berupa Al Qur'an ditulis tangan masih disimpan oleh keturunan Rajo Tiangso dan pernah dibawa ke Masjid Istiqlal Jakarta untuk diuji keaslian dan umurnya.

"Pusakanya masih ada dengan keturunannya, pernah dibawa ke Masjid Istiqlal Jakarta untuk diuji keaslian dan umurnya, hasilnya memang asli dan mendapatkan nomor 3 paling tua seluruh Indonesia," jelas Sarifuddin. (Bersambung)

 


Berita Terkait



add images