iklan Massa mengantar Ma Kyal Sin ke peristirahatan terakhir di Mandalay kemarin (4/3).
Massa mengantar Ma Kyal Sin ke peristirahatan terakhir di Mandalay kemarin (4/3). (STR/AFP)

JAMBIUPDATE.CO, MYANMAR - Everything will be OK (semua akan baik-baik saja). Itu adalah tulisan di kaus yang dipakai Ma Kyal Sin dalam aksi di Mandalay, Myanmar, Rabu (3/3). Sayangnya, tulisan tersebut tidak mencerminkan nasibnya. Kyal Sin menjadi salah seorang korban tewas. Dia ditembak tepat di kepala.

Kyal Sin bukan satu-satunya yang kehilangan nyawa pada hari nahas itu. Total ada 38 korban tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.

Polisi menggunakan peluru asli untuk menembaki para demonstran sejak beberapa hari sebelumnya. Namun, Rabu itu menjadi hari paling berdarah dalam kudeta Myanmar. Sejak militer menggulingkan kekuasaan pada 1 Februari lalu, setidaknya 54 orang tewas, ratusan terluka, sekitar 1.700 orang ditahan, termasuk 29 jurnalis.

Kyal Sin tahu risiko yang dia hadapi ketika ikut turun ke jalan. Remaja 19 tahun tersebut menyadari nyawanya bisa melayang sewaktu-waktu. Karena itu, dia mengunggah golongan darah dan riwayat medisnya di akun Facebook miliknya. Perempuan yang dulu bekerja sebagai penari tersebut berpesan, jika dirinya sampai meninggal, organ tubuhnya akan didonasikan.

Kyal Sin bukan demonstran yang hanya ikut-ikutan. Myat Thu yang juga turun bersamanya mengungkap bagaimana Kyal Sin melindungi rekan-rekannya. Perempuan yang kini dijuluki sebagai angel itu menendang pipa air agar demonstran lain bisa mencuci muka setelah terkena gas air mata. ’’Dia peduli dan melindungi yang lainnya sebagai seorang kawan,’’ ujar Myat Thu seperti dikutip Al Jazeera.

Tak cukup sampai di situ. Dia juga berani mengambil kaleng gas air mata dan melemparkan kembali ke arah polisi. Saat polisi menembaki para demonstran, dia malah berusaha melindungi rekan-rekannya, termasuk Myat Thu. Dia memperingatkan Myat Thu ketika polisi mengarahkan tembakan kepadanya. Myat Thu kini harus bersembunyi agar tidak ditangkap polisi.

’’Kita tidak sedang berperang, tidak ada alasan memberikan tembakan peluru asli kepada penduduk. Jika mereka manusia, mereka tidak akan melakukannya,’’ tegas Myat Thu.

Dalam beberapa video yang beredar, tampak Kyal Sin melontarkan kalimat ’’Kami tidak akan lari’’ dan ’’Darah tidak boleh tertumpah’’. Nyatanya, darahnya sendiri yang akhirnya membasahi bumi pertiwinya. Kyaw Zin Hein, teman dekat Kyal Sin, mengunggah pesan terakhir Kyal Sin untuknya. ’’Ini mungkin kali terakhir aku mengatakannya. Aku sangat menyayangimu. Jangan lupa itu,’’ bunyi pesan tersebut.

Ribuan orang menghadiri pemakaman Kyal Sin. Fotonya menjadi simbol perjuangan di Myanmar. Tagar #RestInPower kini menjadi viral menyertai kepergiannya. Bagi warga Myanmar, Kyal Sin kini menjadi sosok pahlawan.

Kementerian Luar Negeri meminta warga negara Indonesia yang tidak memiliki keperluan penting untuk meninggalkan Myanmar. Terdapat 411 WNI di Myanmar dan diimbau pulang ke Indonesia melalui Singapura atau Malaysia. Seruan itu menyusul kekerasan antara pengunjuk rasa dan militer yang menewaskan sedikitnya 38 orang.

Direktur Perlindungan Warga Negara dan Badan Hukum Indonesia Kemenlu Judha Nugraha menyatakan, Kemenlu telah meningkatkan status menjadi siaga II. Artinya, seluruh WNI diminta tetap tinggal di rumah dan menghindari bepergian, termasuk pergi ke tempat kerja. Mayoritas WNI di Myanmar bekerja di sektor migas, garmen, dan anak buah kapal.(*)


Sumber: www.jawapos.com

Berita Terkait



add images