iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA - Direktur Utama PT Danareksa Investment Management (DIM) Marsangap P. Tamba menyampaikan, di tengah terjadinya penurunan suku bunga, reksa dana pasar uang tetap dapat menjadi opsi investasi. Terutama dengan karakteristiknya yang highly liquid dan low risk.

”Turunnya suku bunga membuka cakrawala investasi investor untuk melihat kembali reksa dana pendapatan tetap maupun reksa dana saham,” ujar Marsangap P. Tamba dalam keterangannya, Sabtu (27/2).

Reksa dana pasar uang merupakan jenis reksa dana yang dana kelolaannya diinvestasikan seluruhnya di instrumen pasar uang dengan profil risiko konservatif atau yang memiliki tujuan investasi jangka pendek. Reksa dana itu merupakan salah satu jenis investasi yang likuid, aman, dan cocok untuk investor yang ingin memulai berinvestasi.

Beberapa waktu lalu, Bank Indonesia memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan BI 7 days Reverse Repo Rate 25 bps ke level 3,5 persen. Keputusan Bank Indonesia tersebut merupakan penurunan pertama pada 2021 setelah sebelumnya juga dipangkas 125 bps (1,25 persen) sepanjang 2020. BI 7 day Reverse Repo Rate kini berada di posisi terendah sejak diperkenalkan pada Agustus 2016 menggantikan BI Rate.

Adanya penurunan suku bunga disambut positif pelaku pasar. Secara umum, penurunan suku bunga biasanya akan membawa keuntungan untuk pasar saham dan obligasi karena penurunan ini berimbas pada penurunan cost of fund sehingga diharapkan dapat menggairahkan pertumbuhan.

”Penting bagi investor untuk melakukan perencanaan keuangan terutama dalam berinvestasi. Reksa dana pasar uang sesuai untuk investasi kurang dari setahun. Namun, kembali ke perencanaan keuangan, kita perlu mengalokasikan dana untuk kebutuhan jangka menengah hingga jangka panjang. Salah satunya melalui reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana saham,” jelas Marsangap P. Tamba.

Sepanjang 2020, jumlah dana kelolaan reksa dana di industri tetap tumbuh positif selama 2020 meskipun di bawah 10 persen. Dari sisi jumlah investor, jumlah SID (Single Investor Identification) investor reksa dana tumbuh pesat sebesar 78 persen menjadi lebih dari 3 juta SID yang terutama dari investor ritel.

Pertumbuhan itu merupakan dampak dari perkembangan perusahaan keuangan berbasis teknologi (fintek) yang semakin memudahkan akses berinvestasi reksa dana.

”Sebagaimana perekonomian yang sehat, kita perlu memperkuat basis investasi domestik baik dari sisi jumlah nominal maupun jumlah investor. Melalui edukasi berkelanjutan serta dukungan teknologi sebagai katalis pertumbuhan, akan terbangun optimisme bahwa kita akan terus tumbuh lebih baik ke depan,” ucap Marsangap P. Tamba.(*)


Sumber: www.jawapos.com

Berita Terkait



add images