iklan Dr. Pahrudin HM, M.A.
Dr. Pahrudin HM, M.A.

Oleh : Dr. Pahrudin HM, M.A.

Tidak sampai tiga bulan lagi, perhelatan pesta demokrasi lokal di Indonesia akan segera digelar. Ya, tepatnya tanggal 27 Juni 2018 akan dilaksanakan pilkada lokal di beberapa daerah di Tanah Air. Masing-masing kandidat dan tim suksesnya sudah dan sedang melakukan segala macam strategi untuk menarik simpati pemilih. Tentu saja, sudah sedemikian banyak dana yang telah dikucurkan untuk mencapai satu tujuan: menautkan hati masyarakat pada calon yang diusungnya. Pendek kata, pilkada menjadi ajang adu strategi dan persaingan dana untuk memenangkan calon kepala daerahnya masing-masing.

Merangin adalah salah satu daerah di Provinsi Jambi yang juga akan menggelar pilkada pada 27 Juni 2018 nanti. Bersama Kabupaten Kerinci dan Kota Jambi, Kabupaten Merangin akan menggelar pilkada untuk ketiga kalinya di era desentralisasi pasca reformasi. Pada pilkada kali ini, terdapat tiga pasangan yang akan bersaing menjadi pemimpin Merangin ke depan, yaitu: Al Haris-Mashuri, Fauzi Ansori-Sujarmin, dan Nalim-Khafid Moein. Di pundak merekalah kelak keberlanjutan agenda pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah terluas di Provinsi Jambi ini dipertaruhkan.

Sebagaimana diketahui bahwa raihan suara terbanyak yang berarti kampiun merupakan tujuan utama para kandidat bersaing dalam pemilu. Ini diakui ataupun tidak diakui menjadi visi seseorang maju dalam pemilu, tanpa terkecuali di Merangin. Oleh karenanya, pilihan strategi untuk mencapai tujuan tersebut harus benar-benar telah diperhitungkan dengan sangat baik. Kesalahan dalam strategi tentu saja akan berakibat pada gagalnya seseorang dalam meraih simpati masyarakat.    

Meskipun ajang pilkada Merangin masih sekitar 3 bulan lagi, namun berdasarkan beberapa data sudah dapat dilihat kecenderungan siapa yang akan unggul. Data pertama terkait dengan hasil Pilkada Merangin yang dihelat sebelumnya. Jika berkaca pada hasil Pilkada Merangin 2013, terdapat 3 pasangan yang bersaing ketat. Ketiga sosok tersebut adalah Nalim dengan 49.519 (25.50%), Syukur 47.678 (24.49%), dan Al Haris  71.059 (36.59%) dengan jumlah total suara 194.197. Hasil ini kemudian menempatkan Al Hasil yang waktu itu berpasangan dengan Hafid Muin (36.59%) menjadi Bupati dan Wakil Bupati Merangin Periode 2013-2018.

Pada pilkada kali ini, Al Haris dan Hafid Muin pecah kongsi karena masing-masing menetapkan pasangan yang berbeda. Ini artinya, suara keduanya yang pernah memenangi pilkada sebelumnya ada kemungkinan mengalami perubahan.  Ini tentu saja disadari oleh Bupati Petahana, sehingga Al Haris kembali memilih pasangan dari etnis Jawa yang notabene dianggap pengatrol perolehan suaranya. Di sisi lain, signifikannya suara etnis Jawa juga menjadi fokus Nalim untuk tidak lagi dipecundangi di pilkada kali ini. Karenanya, Bupati Merangin pertama era otonomi daerah ini mengambil tokoh utama etnis Jawa di wilayah ini, Hafid Muin, sebagai pendampingnya.

Berdasarkan angka-angka yang muncul hasil Pilkada Merangin 2013 ini, maka ada kecenderungan pasangan Nalim-Hafid Muin mengalami peningkatan perolehan suara. Hal ini terjadi karena beberapa faktor. Pertama, dengan asumsi bahwa perolehan suara Nalim stabil seperti sebelumnya (25.50%) karena masih dekatnya hubungannya dengan mantan pasangannya, H. Salam, maka akan ada tambahan sekitar 10% dari gerbong Hafid Muin. Kedua, Handayani yang di pilkada sebelumnya memperoleh 11.62% suara akan menambah pundi-pundi kekuatan Nalim karena partainya, PKB, merupakan koalisi pengusung mantan bupati ini. Ketiga, ketokohan Syukur yang beberapa waktu belakangan ini sangat akrab dengan Nalim juga semakin menambah kekuatan pasangan ini. Sebagaimana diketahui bahwa pada pilkada sebelumnya, M. Syukur yang berpasangan dengan Fauziah memperoleh 24.49% suara. Dengan demikian, ada kemungkinan 10% suara tambahan Nalim yang disumbangkan Syukur dan pendukung setianya. Dengan demikian, akan ada kecenderungan tambahan suara Nalim menjadi sekitar 45% pada Pilkada Merangin 2018 nanti.

Lalu bagaimana dengan sang Bupati Petahana? Dari sisi hasil pilkada sebelumnya, kemungkinan tambahan suara bagi Al Hasil memang tidak sesignifikan Nalim. Tetapi terdapat beberapa catatan yang mungkin dapat mengatrol perolehan suara Al Haris. Pertama, perolehan suara Al Haris dari masyarakat Jawa tetap dapat diandalkan karena kini ia juga berpasangan dengan tokoh etnis terbesar kedua di Merangin, Mashuri. Kedua, sebagai bupati petahana, bagaimanapun Al Haris punya kekuatan tersendiri di kalangan ASN yang ada di Merangin. Ketiga, dengan asumsi pendukung Fauziah yang pernah bersaing di pilkada sebelumnya bersama Syukur tetap solid di Tabir Raya, maka aspek ini dapat dianggap sebagai penambah suara. Hal ini tidak lain karena beberapa tahun belakangan ini Fauziah dianggap cukup dekat dengan Al Haris. Berdasarkan beberapa data ini maka ada kemungkinan perolehan suara Al Haris di Pilkada Merangin 2018 ini tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, yaitu dalam kisaran 36%.

Bagaimana pula dengan peluang New Comer, Fauzi Ansori? Cukup sulit memprediksi peluang suara yang mungkin akan diperoleh Bang Oji ini. Meskipun demikian, ada dua aspek yang mungkin dapat mengisi suara Fauzi Ansori pada pilkada ini. Pertama, faktor wakilnya yang merupakan salah satu tokoh etnis Jawa di Merangin, Sujarmin. Ini memang tidak mudah karena dua kandidat lainnya juga mengambil perwakilan etnis Jawa sebagai wakilnya. Kedua, suara dari kelompok masyarakat yang kecewa dengan kebijakan-kebijakan kedua Bupati Merangin yang sekarang bersaing, Nalim dan Al Haris. Sama seperti faktor sebelumnya, tidak mudah memang memprediksi jumlah kelompok yang merasa tidak terakomodasi dalam kebijakan-kebijakan Nalim dan Al Haris ketika menjabat sebagai bupati.

Di samping aspek histori perolehan suara pilkada, faktor lain yang juga menentukan pemenang Pilkada Merangin 2018 adalah geografis terkait dengan demografisnya. Sampai saat ini, jumlah penduduk Merangin adalah sebesar 372.205 jiwa. Secara geografis-demografis, wilayah Merangin terbagi menjadi 4 kawasan, yaitu Bangko Raya, Pamenang Raya, Tabir Raya, Jangkat Raya. Keempat wilayah inilah yang menjadi penyumbang terbesar geografis-demografis Kabupaten Merangin. Artinya, kemenangan seorang kandidat sangat ditentukan seberapa banyak ia memperoleh suara di keempat wilayah ini.

Secara sosial, Nalim merupakan representasi masyarakat Tabir Raya, tepatnya Tabir Barat yang menjadi tempat asalnya. Secara demografis-matematis, Nalim berpotensi mendapatkan dukungan sebanyak 117.575 jiwa. Jumlah ini berpotensi bertambah dengan dukungan masyarakat Minangkabau yang banyak terdapat di kawasan perkotaan melalui sosok istrinya. Ketokohan Hafid Muin juga berdampak besar terhadap suara yang akan diperoleh dari etnis Jawa yang tersebar di Tabir Raya dan Pamenang Raya. Sementara Al Haris adalah tokoh yang dibesarkan dari wilayah Jangkat Raya, dengan potensi suara sebanyak 147.428 jiwa. Etnis Jawa juga akan memberi suara melalui sosok pendamping serta suara-suara dari wilayah Pamenang Raya, Tabir Raya dan keluarga ASN Kabupaten Merangin. Sedangkan Fauzi Ansori lebih banyak menghabiskan karirnya di luar Merangin sebagai ASN dengan menduduki beragam jabatan di pemerintahan. Dengan fakta ini, maka peluang perolahan suara Fauzi Ansori yang paling memungkinkan adalah dari etnis Jawa dan orang-orang yang kecewa dengan kebijakan-kebijakan Nalim dan Al Haris. Mereka tersebar di berbagai wilayah di Merangin dan terdiri dari beragam profesi.

Berlandaskan pada data ini, maka kemungkinan besar akan terjadi rivalitas kuat antara Nalim dan Al Haris untuk memperebutkan posisi Merangin 1. Kalaupun ada salah satu yang unggul, maka kemungkinan selisihnya sangat tipis. Dengan demikian, perolehan suara Fauzi Ansori sangat menentukan apakah Pilkada Merangin 2018 cukup satu putaran atau akan ada dua putaran. Artinya, butuh suatu hal yang istimewa yang mampu membuat Fauzi Ansori justru unggul dibandingkan calon-calon lainnya. Kita tunggu saja.(*)

*Penulis adalah Ketua Prodi Ilmu Politik Universitas Jambi & Direktur Eksekutif Public Trust Institute (Putin)                   


Berita Terkait



add images