Ir. Ar. H. Ibnu Ziady MZ.,ST., MH., IAI

Optimalisasi Fungsi Daerah Rawa Perkotaan sebagai Alternatif Sistem Pengendalian Banjir dan Kolam Retensi

Posted on 2025-08-09 12:47:47 dibaca 3602 kali

Oleh : Ir. Ar. H. Ibnu Ziady MZ.,ST., MH., IAI

Perkembangan urbanisasi yang pesat di kawasan perkotaan seringkali menyebabkan alih fungsi lahan, termasuk lahan rawa, yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan lingkungan dalam mengelola air secara alami. Daerah rawa yang secara alami berfungsi sebagai area resapan dan penyimpanan air kini banyak berubah menjadi kawasan terbangun. Tulisan ini mengkaji potensi optimalisasi fungsi daerah rawa di wilayah perkotaan sebagai alternatif sistem pengendalian banjir melalui pendekatan kolam retensi berbasis ekologi dan tata ruang berkelanjutan. Dengan pengelolaan yang terintegrasi, daerah rawa dapat menjadi solusi alami dan berkelanjutan untuk mengatasi persoalan banjir kota.

Perubahan tata guna lahan yang cepat di kawasan perkotaan menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya risiko banjir. Salah satu dampak signifikan dari urbanisasi adalah hilangnya fungsi ekologis daerah rawa. Rawa, sebagai bagian dari lahan basah, memiliki kemampuan alami dalam mengatur keseimbangan hidrologi, menyimpan kelebihan air, dan meredam limpasan air hujan.

BACA JUGA: Bakal Siapkan Big Data, SMSI Jambi Verifikasi Ulang Keanggotaan Berbasis Technologi Terkini

Pengendalian banjir selama ini cenderung mengandalkan pendekatan struktural seperti drainase beton dan kanal. Namun, pendekatan tersebut sering kali tidak cukup efektif jika tidak dibarengi dengan pengelolaan kawasan penampung air alami, seperti rawa dan lahan cekungan. Oleh karena itu, optimalisasi fungsi daerah rawa sebagai kolam retensi alami perlu dikembangkan sebagai alternatif dan pelengkap sistem pengendalian banjir di perkotaan termasuk di Kota Jambi.

Fungsi Ekologis dan Hidrologis Daerah Rawa

Daerah rawa memiliki fungsi ekologis dan hidrologis yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan alam dan kelangsungan hidup manusia. Fungsinya tidak hanya sebagai habitat alami, tetapi juga sebagai sistem penyangga banjir, penjernih air, dan penyimpan karbon.

BACA JUGA: Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Kota Jambi, Sy Fasha Diskusi Hangat dengan Masyarakat

Kerusakan atau alih fungsi rawa tanpa perencanaan yang berkelanjutan akan mengakibatkan gangguan ekologis dan bencana hidrologis seperti banjir, kekeringan, dan penurunan kualitas air. Oleh karena itu, upaya konservasi dan rehabilitasi rawa harus menjadi bagian integral dari perencanaan tata ruang kota dan wilayah.

Fungsi Ekologis Daerah Rawa, daerah rawa merupakan bagian dari ekosistem lahan basah yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi dan memainkan peranan penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Fungsi ekologis daerah rawa meliputi:

a. Habitat Keanekaragaman Hayati; Rawa menjadi tempat hidup bagi berbagai spesies tumbuhan, ikan, burung air, amfibi, dan mikroorganisme. Banyak spesies endemik dan langka bergantung pada keberadaan rawa sebagai tempat berkembang biak, mencari makan, dan berlindung.

BACA JUGA: Saat Hadiri Rapat Konsolidasi Nasional di Bali, Gubernur Al Haris Sampaikan Saran dan Usulan Kepada Beberapa Menteri

b. Penyeimbang Ekosistem; Daerah rawa membantu menjaga keseimbangan antara daratan dan perairan. Berfungsi sebagai zona transisi ekologis (ecotone) antara ekosistem perairan dan daratan, memperkaya biodiversitas.

c. Penjernih Alami; Vegetasi rawa dan tanah basah mampu menyaring polutan dan mengendapkan partikel sedimen. Proses biogeokimia dalam rawa (misalnya oleh mikroba) membantu mengurai limbah organik dan bahan kimia berbahaya seperti nitrogen dan fosfor.

d. Penyimpan Karbon ; Rawa menyimpan cadangan karbon dalam jumlah besar dalam bentuk bahan organik di tanahnya. Mencegah pelepasan karbon ke atmosfer sehingga berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim.

e. Penyeimbang Suhu Mikroklimat ; Rawa menciptakan efek pendinginan lokal dan mengurangi efek pulau panas perkotaan (urban heat island effect).

Fungsi Hidrologis Daerah Rawa. Dari sudut pandang hidrologi, rawa memiliki peran penting dalam pengaturan siklus air dan perlindungan terhadap bencana hidrometeorologis seperti banjir dan kekeringan. Fungsi-fungsi hidrologis tersebut mencakup:

a. Pengendalian Banjir; Rawa berfungsi sebagai penyimpan air sementara ketika terjadi hujan lebat atau limpasan air dari hulu. Mampu menyerap kelebihan air dan melepaskannya secara perlahan ke aliran sungai, sehingga mengurangi risiko banjir mendadak.

b. Retensi dan Regulasi Aliran Air, Kemampuan tanah dan vegetasi rawa dalam menyerap air memungkinkan penyimpanan alami air hujan (fungsi seperti kolam retensi). Memperlambat laju aliran air menuju sungai, sehingga menunda puncak banjir dan mengurangi erosi.

c. Pengisian Air Tanah (Recharge) ; Air yang tersimpan di rawa secara bertahap meresap ke dalam tanah, memperkaya cadangan air tanah dangkal. Hal ini penting untuk menjaga ketersediaan air pada musim kemarau.

d. Menjaga Kualitas Air; Proses alami filtrasi dan sedimentasi membantu menyaring zat pencemar, logam berat, dan nutrien berlebih. Meningkatkan kualitas air permukaan dan mencegah eutrofikasi di badan air hilir.

e. Mengurangi Dampak Kekeringan; Cadangan air dalam rawa dapat berfungsi sebagai sumber air alternatif saat musim kemarau. Memberi kelembaban pada tanah di sekitarnya dan mempertahankan kestabilan vegetasi.

Optimalisasi Fungsi Rawa sebagai Kolam Retensi

Konsep Kolam Retensi Alami. Kolam retensi adalah cekungan atau waduk buatan yang digunakan untuk menampung limpasan air hujan sementara waktu sebelum dialirkan ke sungai atau diserap tanah. Rawa yang dikelola secara tepat dapat difungsikan sebagai kolam retensi alami dengan fungsi serupa, namun dengan tambahan manfaat ekologis.

Strategi Optimalisasi. Sebagai Langkah strategi dalam Upaya optimalisasi dengan melakukan Langkah-langkah sebagai berikut: 

Restorasi dan Rehabilitasi Rawa, meliputi berbagai kegiatan seperti: Penggalian kembali cekungan yang tertutup, Pembersihan gulma invasif dan sampah, Penanaman vegetasi asli rawa

Integrasi dalam Tata Ruang Kota; Penetapan kawasan rawa sebagai bagian dari ruang terbuka biru-hijau (blue-green infrastructure), Perencanaan zonasi berbasis DAS (daerah aliran sungai)

Rekayasa Sosial dan Kelembagaan; Pelibatan masyarakat dalam konservasi, Pembentukan kelembagaan pengelolaan rawa kota

Desain Ekohidrologi; Membuat kanal penghubung antara rawa dan saluran utama, Mengatur debit masuk dan keluar untuk mengontrol genangan dan aliran air

Beberapa kota di dunia telah mengadopsi pendekatan serupa, seperti: Cheonggyecheon Stream, Seoul – Menghidupkan kembali saluran air alami untuk pengendalian banjir dan estetika kota, Marshlands Restoration, New Orleans – Rehabilitasi rawa untuk menanggulangi risiko banjir akibat badai dan Green Infrastructure in Rotterdam – Menggunakan taman-rawa dan kolam retensi alami untuk pengelolaan air hujan

Tantangan dan Peluang

Tantangan: dalam Upaya untuk merealisasi konsep tersebut ada beberapa tantangan yang dihadapi saat ini, mulai dari resistensi dari pemilik lahan atau pengembang, dari aspek pembiayaan yang cukup besar, apalagi dengan kondisi efesiensi saat ini, dan yang tidak kalah penting Adalah perlu integrasi lintas sektor (Dinas Lingkungan Hidup, PU, tata ruang)

Peluang: namun di sisi lain masih terbuka peluang melalui dukungan kebijakan nasional (misal: Program Kota Tanpa Kumuh, Rencana Pembangunan Berkelanjutan, dll), Sumber dana CSR dan internasional (climate fund, urban resilience program) ataupun melalui sumber dana investor yang ada korelasinya dengan aktivitas pendukung lainnya, dan faktor inovasi teknologi ramah lingkungan.

Optimalisasi fungsi daerah rawa sebagai sistem pengendali banjir dan kolam retensi merupakan pendekatan yang efektif, alami, dan berkelanjutan. Langkah ini membutuhkan sinergi antara restorasi ekologis, rekayasa tata ruang, dan penguatan kebijakan lokal. Untuk itu, diperlukan: Penguatan kebijakan perlindungan rawa di kota, Pengembangan pilot project restorasi rawa perkotaan, Pelibatan masyarakat dan sektor swasta dalam pengelolaan

Dengan demikian, kota-kota di Indonesia, termasuk Kota Jambi, dapat lebih tangguh menghadapi banjir dan krisis air melalui pengelolaan lahan basah yang bijak.

Untuk itu diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak dalam upaya mewujudkannya, serta dengan bijak memberikan kesempatan kepada pihak yang sudah menyatakan keinginannya untuk berpartisipasi dalam memberikan langkah kongrit guna menghadirkan upaya mitigasi terhadap kekuatiran segelintir pihak terhadap dampak banjir yang disebabkan oleh limpasan air hujan khususnya di area pemukiman. Semoga…     

Arsitek/Praktisi Infrastruktur 

Copyright 2019 Jambiupdate.co

Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129

Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896

E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com