Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Makassar KH Baharuddin AS mengatakan, ada beberapa media yang tak tanggung-tanggung membuat berita hoaks atau terlalu berlebihan. Apalagi terkait masalah agama.
"Sebut saja baru-baru ini terkait kasus perempuan yang melempar Al-Qur'an. Beberapa memberitakan juga cukup sadis bahasanya," ucapnya.
Untuk itu, kata KH Baharuddin, saat ini MUI Makassar, khususnya bagian Infokom MUI melakukan gerakan atau program untuk menyebar informasi positif di era pandemi. Selain diskusi publik, MUI Makassar juga memiliki target terfokus membagikan informasi lewat dai-dai atau penceramah di masjid.
Ketua Komisi Infokom MUI Makassar, Dr Firdaus Muhammad mengatakan peran media di masa pandemi juga mempengaruhi psikis orang-orang. Misalnya ketika media mendapatkan informasi yang bisa membuat kepanikan dan ditampilkan, maka akan terjadi aksi yang memborbardir informasi di masyarakat.
"Untuk itu media-media besar yang kadang kala mendapat info besar, tetapi menilai bahwa ketika dimuat akan membuat kepanikan, maka mereka tahu menempatkan informasi tersebut bagaimana garapannya agar layak dimuat. Berbeda dengan beberapa media sosial yang terkadang mencaplok dan tak memberi keterangan," ungkapnya.
Kepada FAJAR, Staf Ahli Kapolda Sulsel, Sakka Pati mengatakan, saat ini media cetak dan media elektronik juga telah memiliki media siber atau media sosial. Hal ini membawa pengaruh sangat besar terhadap konsumsi informasi masyarakat secara digital. Untuk itu media yang ada sebaiknya di masa pandemi bisa membuat berita yang mengandung nilai informatif, edukatif, dan spirit (IES).
Terkait hal ini, perempuan yang juga dosen Fakultas Hukum Unhas tersebut meminta masyarakat juga harus membangun mental. Pasalnya, informasi yang beredar tidak semuanya kompeten. Ada beberapa yang hanya menjadi propaganda.
"Jangan jadi tracking atau sekedar menerima informasi, tetapi cerdaslah dalam menggunakan media. Sebarkan yang penting bukan yang penting sebarkan," tuturnya. (wis/rif)